Sabtu, Oktober 10, 2009

7 Jenis Nafsu

Nafs digolongkan menjadi 7 jenis, yakni : nafs-i-ammara, nafs-i-lawwama, nafs-i-mutmaina, nafs-i-mulhama, nafs-i-radiyya, nafs-i-mardiyya, nafs-i-safiyya. Masing masiing nafsu tersebut berbeda dan memiliki karakteristik yang jelas satu dengan yang lainnya. Saya akan mencoba memberikan sedikit pengalaman pribadi ataupun contoh dari orang lain yang dapat menggambarkan ketujuh jenis nafsu tersebut.

Yang pertama yakni Nafs-i-Ammara, yakni nafsu yang selalu menyuruh kepada kenistaan belaka. Jika ingin memberikan contoh sesungguhnya saya jarang sekali menjumpai orang yang  memiliki nafsu ini sepenuhnya, namun mungkin saya mungkin akan mencoba mengambil kasus-kasus criminal seperti Ryan yang telah membunuh hanya didasari oleh hawa nafsu dan harta. Karena dari situ dapat terlihat dia tidak dapat mengontrol dirinya sehingga melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan amoral.

Nafsu yang kedua adalah Nafs-i-lawwama yakni nafsu dimana adanya rasa sesal telah melakukan perbuatan yang buruk dan hatinya sudah mulai mendengar panggilan agar berpaling dari jalan yang salah tersebut. Sebagai contoh dari nafsu tersebut saya akan memberikan contoh adalah gelandangan. Banyak dari mereka yang sebenarnya tidak menginginkan untuk menjadi gelandangan atau peminta-minta, namun karena mungkin kondisi mereka yang tebatas mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan meneruskan pekerjaan mereka tersebut.

Nafsu yang ketiga yakni Nafs-i-mutmaina adalah nafsu dimana orang sudah mulai merasakan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya dan mulai meninggalkan perilaku yang buruk. Contoh yang dapat saya berikan untuk mewakilkan nafsu ini mungkin adalah orang-orang yang telah keluar dari penjara dan mulai bertobat atas kesalahan yang telah dilakukannya. Ykani Jhoni Indo. Dia mulai berbuat kebaikan demi membalas segala yang telah dia lakukan dan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dan berguna untuk orang lain.

Nafsu yang ke-empat adalah Nafs-i-mulhama. Nafsu ini adalah nafsu dimana seseorang sudah kuat mendengar suara hati yang baik , namun terkadang masih sulit mengalah, dan biasanya berupaya langsung berbuat kebaikan begitu ada keinginan. Jika ingin saya memberikan contoh, mungkin saya akan menggunakan pengalaman saya sewaktu masa SMP dulu. Dulu saya kerap berbuat kenakalan namun sering diiringi dengan penyesalan. Dan saya mulai berusaha memperbaiki perbuatan saya dengan berbuat baik kepada teman-teman saya.

Nafs-i-radiyya yang merupakan nafsu ke-lima adalah nafsu dimana seseorang sudah mulai merasakan bahagia atas rahmat yang diberikan oleh Allah SWT. Seseorang sudah merasa rela dan pasrah karena merasa lemah dihapan tuhan. Nafsu ini mulai membantu orang lain, menerima kritikan, dan hidup di masa sekarang, bukan masa lalu, ataupun masa depan. Jika ingin memberikan contoh, mungkin saya akan menjadikan pengalaman pribadi saya yang merupakan masa sekarang yang tengah menjalani kuliah ini. Saya sudah mulai menyadari bahwa sesungguhnya saya lemah dan rendah dihadapan kehendak dan kuasa Allah SWT. Saya berusaa berbuat baik kepada setiap orang dan membantu yang kesulitan semampu saya dengan harapan saya mendapatkan rahmat dan dunia yang lebih baik.

Nafs-i-mardiyya yang menjadi nafsu ke-enam adalah  nafsu dimana seseorang dengan senantiasa bersikap baik dengan sekitarnya, memiliki akhlak dan kelakuan yang baik. Mungkin jika saya dapat memberi contoh adalah salah satu teman saya yang sudah cukup saya jadikan panutan karena dia senantiasa bersikap ramah dan  mudah bergaul dengan semua orang. Dia juga tidak ragu-ragu dalam memberikan bantuan kepada orang lain.

Nafsu yang terakhir adalah Nafs-i-safiyya yang merupakan tahapan dimana seseorang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT.  Ia telah mendapat julukan insane kamil yang berarti manusia sempurna. Dalam hidupnya ia senantiasa memiliki keselarasan dengan kehendak Allah SWT. Jika diperkenankan memberi contoh untuk nafsu ini saya tidak memiliki panutan lain selain Rasulullah SAW. Dia telah menyerahkan sepenuh jiwanya kepada Allah SWT. Dia telah diangkat Allah ketempat tertinggi dan sisi yang paling mulia. Dia melakukan segalanya sesuai perintah Allah SWT tanpa sedikitpun mengecewakannya. Tidak mengherankan ia diangkat menjadi manusia yang paling sempurna dan menjadi pemimpin dunia pada masanya.

Keimanan

1.Apa yang menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap agama?
2.Bagaimana menjadikan iman sebagai sumber inspirasi dalam hidup kita?
3.Sejauhmana berpindah agama dapat di benarkan dan bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap orang yang berpindah agama atau pilihan sendiri?
Jawab :
1.    Seseorang menjadi acuh dan tak acuh kepada agamanya umumnya dikarenakan kurangnya keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki pribadi mereka masing-masing. Ketika seseorang mengimani agamanya dan tuhannya mereka tentunya akan mempercayai akan adanya tuhan dan adanya kehidupan selain dunia. Dengan keimanan kepada agamanya seseorang dapat memperbaiki sikapnya dan perilakunya dalam beragama maupun dalam masyarakat. Dengan mengimani agama dan tuhannya, tentunya pribadi tersebut akan menjalani perintah-perintah agamanya dan senantiasa menjauhi larangan-larangan tuhannya
2.    Kita dapat menjadikan iman sebagai sumber inspirasi dalam hidup kita dengan cara menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan dan tuntutan agama. Dengan menjadikan iman dan kepercayaan dalam hidup kita, kita terdorong untuk melaksanakan perbuatan yang baik dan disarankan oleh agama dan disukai oleh tuhan. Iman sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dapat membuat keadaan hati senantiasa tenang karena telah sesuai dengan keimanan dan kepercayaan.
3.    Pindah agama dapat dibenarkan ketika seseorang pindah kepada agama lain dengan dasar bahwa seseorang tersebut telah mempercayai dan mengimani dengan sungguh-sungguh atas kebenaran dan adanya tuhan yang membuat mereka yakin bahwa agama tersebut adalah jalan dan tujuan hidupnya. Kepercayaan  dan keimanan tersebut kendaknya bukan dari pengaruh orang lain ataupun hasutan-hasutan. Karena hanya dengan keimanan yang sesunguhnya agar seorang pribadi dapat menjalankan agamanya karena keyakinan dan ketguhan hatinya. Sikap kita dalam memperlakukan orang yang berpindah agama atau memiliki pilihannya sendiri adalah menghormati akan kepercayaan mereka. Kita sepatutnya bertoleransi dan menghargai atas keimanan mereka terhadap agama dan tuhannya. Sudah selayaknya kita memperlakukan mereka seperti orang-orang pada umumnya. Karena sebuah perbedaan keyakinan dan kepercayaan tidak membuat seorang manusia berbeda dengan yang  lain secara derajat.
1.Apa yang menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap agama?
2.Bagaimana menjadikan iman sebagai sumber inspirasi dalam hidup kita?
3.Sejauhmana berpindah agama dapat di benarkan dan bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap orang yang berpindah agama atau pilihan sendiri?
Jawab :
1.    Seseorang menjadi acuh dan tak acuh kepada agamanya umumnya dikarenakan kurangnya keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki pribadi mereka masing-masing. Ketika seseorang mengimani agamanya dan tuhannya mereka tentunya akan mempercayai akan adanya tuhan dan adanya kehidupan selain dunia. Dengan keimanan kepada agamanya seseorang dapat memperbaiki sikapnya dan perilakunya dalam beragama maupun dalam masyarakat. Dengan mengimani agama dan tuhannya, tentunya pribadi tersebut akan menjalani perintah-perintah agamanya dan senantiasa menjauhi larangan-larangan tuhannya
2.    Kita dapat menjadikan iman sebagai sumber inspirasi dalam hidup kita dengan cara menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan dan tuntutan agama. Dengan menjadikan iman dan kepercayaan dalam hidup kita, kita terdorong untuk melaksanakan perbuatan yang baik dan disarankan oleh agama dan disukai oleh tuhan. Iman sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dapat membuat keadaan hati senantiasa tenang karena telah sesuai dengan keimanan dan kepercayaan.
3.    Pindah agama dapat dibenarkan ketika seseorang pindah kepada agama lain dengan dasar bahwa seseorang tersebut telah mempercayai dan mengimani dengan sungguh-sungguh atas kebenaran dan adanya tuhan yang membuat mereka yakin bahwa agama tersebut adalah jalan dan tujuan hidupnya. Kepercayaan  dan keimanan tersebut kendaknya bukan dari pengaruh orang lain ataupun hasutan-hasutan. Karena hanya dengan keimanan yang sesunguhnya agar seorang pribadi dapat menjalankan agamanya karena keyakinan dan ketguhan hatinya. Sikap kita dalam memperlakukan orang yang berpindah agama atau memiliki pilihannya sendiri adalah menghormati akan kepercayaan mereka. Kita sepatutnya bertoleransi dan menghargai atas keimanan mereka terhadap agama dan tuhannya. Sudah selayaknya kita memperlakukan mereka seperti orang-orang pada umumnya. Karena sebuah perbedaan keyakinan dan kepercayaan tidak membuat seorang manusia berbeda dengan yang  lain secara derajat.

Corporate Social Responsibilities

Corporate Social Responsibility, Tanggung Jawab sosial perusahaan

Keberadaan organisasi dalam suatu wilayah tentu saja berpengariuh dan memberikan dampak kepada daerah dan lingkungan disekitarnya. Sebagai bagian yang masuk kedalam suatu wilayah atau lingkungan diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk menjaga hubungan antara lingkungan atau masyarakat sekitar dengan perusahaan dapat berjalan bersama dan memberikan kebaikan satu sama lain.
Komunitas yang tinggal di sekitar lokasi operasi organisasi pun demikian adanya, akan menunjang keberhasialan suatu oraganisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. (Lesly 1991:117) “bukan hanya mereka yang didalam organisadi saja yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan, melainkan juga komunitas yang berada disekeliling wilayah organisasi.
Dengan menjalin bentuk sikap positif komunitas pada organisasi nantinya akan memberikan pengaruh kepada sikap karyawan terhadap tempat kerjanya. Selain itu menumbuhkan rasa kebangaan terhadap tempat kerjanya merupakan hal yang tak dapat dilepas dari hal yang harus diperhatiakan suatu organisasi.

Penggunaan istilah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek tanggung jawab sosial perusaan, dan diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR.
Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat. CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan pembangunan berkelanjutan.
CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan dimasyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture); dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakata. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di masyarakat juga termasuk berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem ketatanegaraan.

Menurut Jones (2001) seseorang atau lembaga dapat dinilai membuat keputusan atau bertindak etis bila: 1) Keputusan atau tindakan dilakukan berdasarkan nilai atau standar yang diterima dan berlaku pada lingkungan organisasi yang bersangkutan. 2) Bersedia mengkomunikasikan keputusan tersebut kepada seluruh pihak yang terkait. 3) Yakin orang lain akan setuju dengan keputusan tersebut atau keputusan tersebut mungkin diterima dengan alasan etis.
Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu membesarkan dan melestarikan , karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja, konflik dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa peranan komunitas terhadap suatu perusahaan sangatlah besar dan berpengaruh banyak terhadap kinerja dan keberlangsungan dari perusahaan tersebut.
Manfaat keterlibatan komunitas dan organisasi
Komunitas pada organisasi
·    Reputasi dan citra organisasi yang lebih baik
·    Lisesni untuk beroperasi secara maksimal
·    Memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja local
·    Keamanan yang lebih besar
·    Infrastruktur dan lingkungan sosioekonomik yang lebih baik
·    Menarik dan menjaga personel berkaliber tinggi untuk memiliki komitmen tinggi
·    Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa ldan mungkin pelanggan local yang bermutu
·    “laboratorium pembelajaran” untuk inovasi organisasi

Organisasi pada komunitas
·    Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan
·    Pendanaan investasi komunitas, pengembangan infrastriktur
·    Keahlian komersial
·    Kompetensi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat
·    Representative bisnis sebagai juru promosi bagi prakarsa-prakarsa
Komunitas

Manfaat-Manfaat yang dapat dicapai melalui program kegiatan CSR
Manfaat individu bagi pegawai
1.    Belajar metode alternative dalam berbisnis
2.    Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru.
3.    Mengembangakan keterampilan yang ada dan keterampilan baru
4.    Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas local dan member kontribusi bagi komunitas local
5.    Mendapatkan persepsi baru atas bisnis

Manfaat bagi organisasi penerima program
1.    Mendapatkan keahlian dan keterampilan professional yang tak dimiliki organisasi atau tak memiliki dana untuk mangadakannya
2.    Mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah
3.    Memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis

Manfaat bagi perusahaan
1.    Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas bekerja bersama komunitas
2.    Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas
3.    Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas local
4.    Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi perusahaan

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:
 1. Citra bayangan (mirror image).
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi––biasanya adalah pemimpinnya––mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image).
Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image).
Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image).
Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image).
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Dampak yang ingin ditekankan kepada masyarakat dibagi menjadi 3 yakni :
·    Meraih yang Terbaik dengan Nurani (Dampak Kegiatan Perusahaan)
Dampak utama kegiatan perusahaan tercipta dari operasi perusahaan. Pendekatan kami dalam mengelola tanggung jawab sosial didasari pemikiran bahwa tanggung jawab sosial merupakan bagian dari kegiatan usaha, dan meliputi keinginan untuk selalu belajar dari tindakan kami serta pengalaman pihak lain. Kami senantiasa menyempurnakan kinerja kami, melalui penerapan petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha skala nasional dan internasional, termasuk standar Program Peringkat Kinerja Lingkungan (PROPER) dan standar operasi internasional (ISO). Kegiatan usaha kami lebih dari menciptakan lapangan pekerjaan, juga mengembangkan sumber daya manusia demi kepentingan perusahaan dan masyarakat.
·    Membangun Sinergi Kesuksesan bagi Masyarakat (Dampak Rantai Nilai)
Dampak yang lebih luas diciptakan melalui rantai nilai, mulai dari pemasok, pelanggan, hingga konsumen. Kami memperkenalkan standar perilaku usaha bagi pemasok, yang disebut Business Partner Code, dan menerapkan "Supplier Quality Management Programme"  (SQMP) untuk mendorong pemasok dalam meningkatkan kemampuan dan kinerja mereka. Kami bermitra dengan berbagai jenis distributor independen untuk meningkatkan semangat kewirausahaan, menciptakan lapangan kerja, serta memberikan keuntungan bagi usaha-usaha lokal.
·    Memenuhi Panggilan Masyarakat (Kontribusi Sukarela)
Kontribusi sukarela terhadap masyarakat secara luas, yang dilakukan melalui kemitraan dengan LSM, badan pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat, terlihat seperti "puncak gunung es" yang merupakan dampak yang lebih besar dari kegiatan perusahaan yang sesungguhnya. Kontribusi tersebut mencakup program-program berkesinambungan, yang dilaksanakan secara profesional di bawah Yayasan Unilever Indonesia Peduli.
Kami mendorong para karyawan untuk ikut berbagi hati, pikiran dan pengalaman melalui kegiatan bakti sosial sukarela bagi yang membutuhkan, seperti yatim piatu, anak jalanan, penduduk (miskin) pedesaan, pengungsi dan lainnya.

Profil PT. Unilever
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Tambahan No. 3 Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Pebruari 1998 dan diumumkan dalam Tambahan No. 39 Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim,  makanan ringan dan minuman dari teh, dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Misi Unilever Indonesia
·    Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen
·    Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
·    Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
·    Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
·    Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
·    Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.
Case Studi
Central Problem
-    Komunikasi Internal
-    Komunikasi Eksternal
Effect
-    Terjadinya kesenjangan antara karyawan dan kurangnya rasa kebersamaan dalam perusahaan dan dalam kegiatan pekerjaan
-    Berkurangnya efektifitas pekerjaan
-    Hubungan dengan lingkungan sekitar yang tidak terbina dengan maksimal dan menimbulkan kurangnya pengetahuan akan lingkungan dan perusahaan
Objective
-    Meningkatkan rasa kebersamaan dan keakraban dalam ruang lingkup karyawan  sehingga memberikan kenyamanan bagi karyawan dalam ruang lingkup kerjanya sehari-hari dengan karyawan lagin
-    Mendekatkan perusahaan dengan masyarakat sekitar dan melakukan pertukaran pengetahuan dan pemahaman satu sama lain agar terbina hubungan yang saling menguntungkan
Area of Consideration
-    Mengadakan event dengan tujuan mendekatkan karyawan satu dengan lainnya secara kekeluargaan
-    Mengadakan penyuluhan dan pemberian informasi kepada masyarakat sekitar tenang apa yang dilakaukan perusahaan dan apa dampaknya bagi mereka
Alternative course of action
-    Mengadakan sebuah gathering event atau Outbond yang dapat mendekatkan karyawan secara lebih intim dan meningkatkan semangat kerja mereka, sekaligus sarana refreshing
-    Memberikan bantuan dan melakukan sebuah kegiatan yang bertemakan masyarakat dengan mengajak partisipasi masyarakat sekitar untuk memperkenalkan bagaimana sesungguhnya misi perusahaan.
-    Membuat suatu event bersama baik karyawan dan masyarakt dalam memperingati suatu event nasional yang tentunya dapat menjadi suatu wadah dalam bertukar pendapat dan wawasan
Action Plan
-    Mengadakan sebuah event gathering yang dapat mendekatkan karyawan dengan karyawan lain sehingga kesenjangan hubungan dan perbedaan dapat diatasi, mengadakan suatu event dengan tujuan mendekatkan diri dengan masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi kepada mereka dengan harapan mereka dapat lebih dekat dengan perusahaan dan menyadari keberadaan perusahaan.

Brazil Country Analysis

Brazil

Merupakan salah satu Negara diselatan amerika . dengan pemerintahannya yang dinamakan republik Brazil federal.  Menjadi Negara kelima terbesar dalam wilayah amerika selatan. Berbatasan dengan laut atlantik di sebelah timur memiliki garis pantai lebih dari 7.491 kilometer (4.655 mil). Hal ini dibatasi di utara oleh Venezuela, Guyana, Suriname dan departemen luar negeri dari Perancis Guyana Perancis; di barat laut oleh Kolombia, di sebelah barat oleh Bolivia dan Peru, di barat daya oleh Argentina dan Paraguay dan di selatan oleh Uruguay. Sejumlah kepulauan merupakan bagian dari wilayah Brazil, seperti Fernando de Noronha, Rocas Atoll, Saint Peter dan Paulus Rocks, dan Trindade dan Martim Vaz.
Brasil adalah koloni Portugal dari arahan dari Álvares Pedro Cabral pada 1500 hingga kemerdekaan pada 1822. Pada awalnya independen sebagai Brazilian Empire, negara telah menjadi republik sejak 1889, walaupun terdiri daripada dua dewan legislatif, yang sekarang disebut Kongres, tanggal kembali ke 1824, ketika pertama konstitusi telah meratifikasi yang saat ini konstitusi menetapkan Brasil sebagai Republik Federal yakni Federasi yang dibentuk oleh kesatuan dari Distrik Federal, di 26 negara, dan kota 5564.



Data diatas hanya sebagian dari Paper Group yang telah saya kerjakan, untuk makalah yang lebih lengkap, saya telah menyediakan link yang dapat anda download :

The Effect of The Global Economic Crisis Towards The Indonesian Economic

THE EFFECT OF THE GLOBAL ECONOMIC CRISIS
TOWARDS THE INDONESIAN ECONOMIC

Based on the definition of economy, economy is the realize social system of production, exchange, distribution, and consumption of goods and services of a country or area. A given economy is the end result of a process that involves its technological evolution, civilization's history and social organization, as well as its geography, natural resource endowment, and ecology, among other factors. These factors give context, content, and set the conditions and parameters in which an economy functions.

Economy activities means a lot to people. Economic activities help humans to growing and develop. With economic activities, human can fulfill they basic need of food and also another secondary need that they want. Human also can socialize through economic activities. With economic activities human learn how to deal in business, exchange and trade with any other people who need goods or service from another person. Economy has become daily activities for people now days. Economic activities not only based on exchange, and trade like it was long time ago, now economic also useful to investment, saving and production.

 Economy is one of few factor to measure how the condition of some country. Based on the economic activities, some country can be categorized into mature country or developed country. From the economic activities, the effectiveness and efficiency of the people in some country can be known. Economy activities also become one important thing to create a relation between country or nation. With economic relation each nation can support and learn each other in order to increase the wealth of the country itself.

Economic activities not always stable and success, there is some point where the situation of economic is heading into crisis when the problem is already complicated and complex. In time of economic crisis, the impact will easily spread and effect the whole factor around it. In the time of crisis there will be huge change of the habit of people. Usually the biggest impact are hit the lowest level of society and economic level. They tend to be more suffer with the situation of crisis. a specific and gradual action is needed to solve the situation of crisis, there are many factor of consideration to be thought.
The economic world now has just hit by global economic crisis, this crisis has become entirely downfall for all the economic factor all over the world across nation. The crisis has penetrate all the level of economic scale. Until now the impact of the global economic crisis is still remaining. The people all over the world try their best to return this crisis back to normal state as before.

The Global Economic crisis was started in the Super Power Nation, United State. United State had reach their peak of business, with powerful economic activities and flow of cash and trade exchange. In the United State, the development of stock exchange, and obligation are highly increase and grow even bigger and bigger. Lots of people invest their money in share, stock and obligation. People are attracted because they know that they don’t have to do a hard work to earn money. Even within a single day, with investment and stock exchange they can earn lots of money. Without any hesitation lots of people become relying on those assets. In August 2002 an analyst identified a housing bubble. Dean Baker wrote that from 1953 to 1995 house prices had simply tracked inflation, but that when house prices from 1995 onwards were adjusted for inflation they showed a marked increase over and above inflation-based increases. Baker drew the conclusion that a bubble in the US housing market existed and predicted an ensuing crisis. It later proved impossible to convince responsible parties such as the Board of Governors of the Federal Reserve of the need for action Baker's argument was confirmed with the construction of a data series from 1895 to 1995 by the influential Yale economist Robert Shiller, which showed that real house prices had been essentially unchanged over that 100 years.

A common claim during the first weeks of the financial crisis was that the problem was simply caused by reckless, sub-prime lending. However, the sub-prime mortgages were only part of a far more extensive problem affecting the entire $20 trillion US housing market: the sub-prime sector was simply the first place that the collapse of the bubble affecting the housing market showed up.

The ultimate point of origin of the great financial crisis of 2007-2009 can be traced back to an extremely indebted US economy. The collapse of the real estate market in 2006 was the close point of origin of the crisis. The failure rates of subprime mortgages were the first symptom of a credit boom tuned to bust and of a real estate shock. But large default rates on subprime mortgages cannot account for the severity of the crisis. Rather, low-quality mortgages acted as an accelerant to the fire that spread through the entire financial system. The latter had become fragile as a result of several factors that are unique to this crisis: the transfer of assets from the balance sheets of banks to the markets, the creation of complex and opaque assets, the failure of ratings agencies to properly assess the risk of such assets, and the application of fair value accounting. To these novel factors, one must add the now standard failure of regulators and supervisors in spotting and correcting the emerging weaknesses. For many months before September 2008, many business journals published commentaries warning about the financial stability and risk management practices of leading U.S. and European investment banks, insurance firms and mortgage banks consequent to the subprime mortgage crisis.

Beginning with failures caused by misapplication of risk controls for bad debts, collateralization of debt insurance and fraud, large financial institutions in the United States and Europe faced a credit crisis and a slowdown in economic activity The crisis rapidly developed and spread into a global economic shock, resulting in a number of European bank failures, declines in various stock indexes, and large reductions in the market value of equities and commodities. Moreover, the de-leveraging of financial institutions further accelerated the liquidity crisis and caused a decrease in international trade. World political leaders, national ministers of finance and central bank directors coordinated their efforts to reduce fears, but the crisis continued. At the end of October a currency crisis developed, with investors transferring vast capital resources into stronger currencies such as the yen, the dollar and the Swiss franc, leading many emergent economies to seek aid from the International Monetary Fund.

The subprime crisis came about in large part because of financial instruments such as securitization where banks would pool their various loans into sellable assets, thus off-loading risky loans onto others. (For banks, millions can be made in money-earning loans, but they are tied up for decades. So they were turned into securities. The security buyer gets regular payments from all those mortgages; the banker off loads the risk. Securitization was seen as perhaps the greatest financial innovation in the 20th century.)

As BBC’s former economic editor and presenter, Evan Davies noted in a documentary called The City Uncovered with Evan Davis: Banks and How to Break Them (January 14, 2008), rating agencies were paid to rate these products (risking a conflict of interest) and invariably got good ratings, encouraging people to take them up.
Starting in Wall Street, others followed quickly. With soaring profits, all wanted in, even if it went beyond their area of expertise. For example,
·    Banks borrowed even more money to lend out so they could create more securitization. Some banks didn’t need to rely on savers as much then, as long as they could borrow from other banks and sell those loans on as securities; bad loans would be the problem of whoever bought the securities.
·    Some investment banks like Lehman Brothers got into mortgages, buying them in order to securitize them and then sell them on.
·    Some banks loaned even more to have an excuse to securitize those loans.
·    Running out of who to loan to, banks turned to the poor; the subprime, the riskier loans. Rising house prices led lenders to think it wasn’t too risky; bad loans meant repossessing high-valued property. Subprime and “self-certified” loans (sometimes dubbed “liar’s loans”) became popular, especially in the US.
·    Some banks evens started to buy securities from others.
·    Collateralized Debt Obligations, or CDOs, (even more complex forms of securitization) spread the risk but were very complicated and often hid the bad loans. While things were good, no-one wanted bad news. Side NoteWhen asked what if someone raised concerns, Peter Harn, one of the innovators of CDOs, an even more complex version of securitization, told the BBC such people would likely lose their job; anyone trying to slow down would have seen a decline in their market share compared to others, for example.

High street banks got into a form of investment banking, buying, selling and trading risk. Investment banks, not content with buying, selling and trading risk, got into home loans, mortgages, etc without the right controls and management. Many banks were taking on huge risks increasing their exposure to problems. Perhaps it was ironic, as Evan Davies observed, that a financial instrument to reduce risk and help lend more—securities—would backfire so much. When people did eventually start to see problems, confidence fell quickly. Lending slowed, in some cases ceased for a while and even now, there is a crisis of confidence. Some investment banks were sitting on the riskiest loans that other investors did not want. Assets were plummeting in value so lenders wanted to take their money back. But some investment banks had little in deposits; no secure retail funding, so some collapsed quickly and dramatically.

The problem was so large, banks even with large capital reserves ran out, so they had to turn to governments for bail out. New capital was injected into banks to, in effect, allow them to lose more money without going bust. That still wasn’t enough and confidence was not restored. (Some think it may take years for confidence to return. Shrinking banks suck money out of the economy as they try to build their capital and are nervous about loaning. Meanwhile businesses and individuals that rely on credit find it harder to get. A spiral of problems result.
The impact of Global financial crisis in Indonesia are surely happened. Indonesia also get the bad impact of the economic instability from European country. The clearly seen impact for Indonesian is, the number of unemployment will be increase. In order to reduce the company loss and avoid bankrupt, many company forced to send down  their employee. Now days the number of unemployment has reach 250.000 people. Those number will still increase if the condition on economic are not going better. The number in percent of unemployment ill be increase from 7,44% to 8,87%. Another sector will be hit is the export industry or export goods. Because the flow of money in foreign country are limited and unsure, people will reduce their need of import goods or stuff from another country.

Conclusion.
The Global Financial Crisis has just happen and strike every point in this world. United State economy collapse, has give a big hit into many aspect of economic factor in European and Asian Country. No doubt that, the European country has the big effect, but Asian also get hit even not as big as European. Indonesia as the one of many Asian region representative, get the effect. But the effect for Indonesia are not so big, because the economy of Indonesia not too much rely on virtual money and investment. Indonesia can still keep up to stabilize the national economic condition. The government of Indonesia is need to be more careful with their step in the future. The experience of Well mature country like United State, should become a lesson how we should deal a problem like those, and prevent it from happened. Participation on Indonesian people also needed to develop and raise the economic activity. By appreciate and buying national product and service, the people already help government and their nation to be better in the future.


Theory Of Organization

Theory of Organization

Organization is a network of independent relationship. Various relationship can contribute to the organization as a whole. Three essence major of organizational  thought and theory are :
·    The classical theory of Organization
·    The Humans relation school of thought
·    The school of thoughts which concerned with social system and emphasizes the relationship of the part of the whole organization.

The Classical School
The main idea of this concept is that, everyone in the organization or even outside of organization might be hold your destiny someday. Figure out who’s important to your effectiveness and threat them with good way. The classical theory of organization is concerned almost entirely with the design and structure of organization, not with people. Which is the chief tool is the organization chart.

Among recommended principles of management Henri Fayol included following :
1.    Division of work (specialization)
2.    Authority and responsibility (power)
3.    Discipline (obedience)
4.    Unity of command (one boss)
5.    Unity of direction (one plan)
6.    Subordination of individual interest to general interest ( concern for the organization first)
7.    Remuneration (fair pay)
8.    Centralization (consolidation)

Scott’s definition of formal organization : a system of coordinated activities of a group of people working cooperatively toward a common goal under authority and leadership. Scott’s identified four key components of classical organization theory :
·    Division of labor refers to how a given amount of work is divided amng the available human resources. The division can be according to the nature of the various jobs or according to the amount of responsibility and authority personal assumes.
·    Scholar and functional processes express, respectively, the vertical and the horizontal growth and structure of the organization. Scholar refers to the levels of the hierarchy (chain of command) in the organization. Functional refers to the specific job duties of each employee in the organization.
·    Structure refers to network of relationships and roles throughout the organization structure enables the organization to meet its objective effectively and in an orderly  manner.
Classical theory usually distinguish two kind of staff :
Line organization includes the chain of command and the primary function of the formal organization. it can be described easily by organization chart. Staff organization supplement line organization. the staff people advise and serve the line people.
Jablin (1987) describes four key structural dimension that predominated in most theoretical analysis: 1. Configuration ( e.g. span control, organization size) 2. Complexity ( vertical and horizontal) 3. Formalization 4. Centralization
Span of control refers to the number of employees a manager can effectively supervise. Span of control influence the shape of an organization. span of control also relates to how centralize or decentralize an organization is. In centralize organization, power and decision point are few. In decentralized organization, authority and decision making are spread throughout the organization and authority is generally delegated to the smallest practicable units. Centralization of authority can usually expedite decision making since fewer people are involved. Decentralization involves more people and takes more time but may improve organizational morale by giving more employee the opportunity to be involved in decision making.

The Human Relation School
The basic logic of the human relations approach was to increase concern for workers by allowing them to participate in decision making, by being more friendly, and calling them by their first name, which improved worker satisfaction and morale. The net outcome would be lower resistance to and improve compliance with management’s authority.
David described an informal organizational as based on people and their relationship rather than on positions and their functions. He distinguish informal powers as personal and formal power as institutional :
Power in informal organization is earned or given permissively  by group members, rather than delegate; therefore it does not follow the official chain of command.
Davis thought the main criteria of an informal leader are : age, seniority, technical competence, work location, freedom to move around the work area, and responsive personality.

The Social System School
In the social system school, what affected one part of the organization affected all parts of the organization. nothing exist without eventual impact on something else. There is stated that all parts of an organization are interdependent or interlocking because all parts within the system called subsystem, affected by each other. This means simply that a change in any part of the system will affect all other parts of the system. Longeneeker has supported this point of view :
The system concept is useful because of its strong amphasis upon these interrelationalships. These interrelationalships are stressed as being of primary importance. The role management is seen as the management of interrelationalships. This emphasis avoids some of the pitfalls of a components mentality in which departments work out their own relationships in a haphazard manner.

Scott likened organization theory to general systems theory because both study the following factors :
1.    Parts (individuals) in aggregates and movement of individuals into and out of the system
2.    Interaction of individuals with the environment of the system
3.    General growths and stability problems of systems

Huse and bowditch summarized the main characteristic that define an organization as a system :
1.    Composed of a number of subsystem, all of which are interdependent and interrelated
2.    Open and dynamic, having inputs, outputs, operation, feedback, and boundaries
3.    Striving for balance through both positive and negative feedback
4.    With a multiplicity of purpose, function and objective, some of which are in conflict, which the administrator strives to balance
Some of the key concepts necessary to the understanding of an organization as an open social system are feedback, balance, input, transformation and interdependence.

Leadership Paper

LEADERSHIP

Good leaders are made not born. If you have the desire and willpower, you can become an effective leader. Good leaders develop through a never ending process of self-study, education, training, and experience.
Before we get started, lets define leadership. Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent. Leaders carry out this process by applying their leadership attributes, such as beliefs, values, ethics, character, knowledge, and skills. Although your position as a manager, supervisor, lead, etc. gives you the authority to accomplish certain tasks and objectives in the organization, this power does not make you a leader, it simply makes you the boss. Leadership differs in that it makes the followers want to achieve high goals, rather than simply bossing people around. 


Bass' (1989 & 1990) theory of leadership states that there are three basic ways to explain how people become leaders. The first two explain the leadership development for a small number of people. These theories are:

  1. ·    Some personality traits may lead people naturally into leadership roles. This is the Trait Theory.
  2. ·    A crisis or important event may cause a person to rise to the occasion, which brings out extraordinary leadership qualities in an ordinary person. This is the Great Events Theory.
  3. ·    People can choose to become leaders. People can learn leadership skills. This is the Transformational Leadership Theory. It is the most widely accepted theory today and the premise on which this guide is based. 

When a person is deciding if she respects you as a leader, she does not think about your attributes, rather, she observes what you do so that she can know who you really are. She uses this observation to tell if you are an honorable and trusted leader or a self-serving person who misuses authority to look good and get promoted. Self-serving leaders are not as effective because their employees only obey them, not follow them. They succeed in many areas because they present a good image to their seniors at the expense of their workers. 


The basis of good leadership is honorable character and selfless service to your organization. In your employees' eyes, your leadership is everything you do that effects the organization's objectives and their well-being. Respected leaders concentrate on what they are [be] (such as beliefs and character), what they know (such as job, tasks, and human nature), and what they do (such as implementing, motivating, and providing direction).
People want to be guided by those they respect and who have a clear sense of direction. To gain respect, they must be ethical. A sense of direction is achieved by conveying a strong vision of the future.
Refferences :
http://www.nwlink.com/~donclark/leader/leadcon.html

Sunsilk Project

Pada mata kuliah saya yakni Marketing planning and control, kami mendapatkan tugas berkelompok untuk membuat sebuah project yang kemudian akan kami bahas dan presentasikan didepan teman-teman kelas kami. Pada kali ini kami membuat project yang berhubungan dengan produk sunsilk. 
 
 
PRODUCT INFO

SUNSILK SHAMPOO


    In this project, we choose Sunsilk Shampoo because Sunsilk Shampoo with its many variants has been the leader in the market. The brand has had a strong image in the mind of the market and been very close to the world of young women.
    Sunsilk is also the market leader for hair care product, with young women as its target market. It understands and has designed its wash, care, and styling collections to address the most common hair dramas everywhere. It is a brand that sees the world through women’s eyes.   
    Sunsilk is one of the oldest Unilever Indonesia brands. Unilever, as we know, is the biggest manufacture for home and personal care products. Came into Indonesia in 1933, Unilever had dominated Indonesian consumer goods market. Its brands’ existence seems hard to be defeated by their competitors. Most of Unilever brands have become the market leaders. It’s hard to find the one who doesn’t know the products of Unilever, including Sunsilk.


LAUNCH
1952: Launch for the first time in Indonesia market (in the glass bottle)
INTRODUCTION
1952: Introduced the first variant
1970: Sunsilk was relaunched using the International design bottle and at the same time the second variant "lemon" was introduced
1975: Sunsilk black – the first black shampoo in the market was introduced which later on       became the back bone variant of the brand
GROWTH
1995: Double ingredient approach (i.e Coconut Milk & Rose variant) was introduced in the market
1997: Range relaunch (5 variants) using the double variants approach and also a new bottle shape
1999: Range relaunch using Fruitamin as the new nature-science technology approach
2001: Range relaunch using the nutrient complex as the new technology approach
2003: Range relaunch using the new bottle shape
2006: Range relaunch with the new look of the surface design
2007: New variants of Color lock and Hair Fall Solutions
2008: New Variants of Damage Treatment
Along the years, Sunsilk keeps to excite the market by launching the innovative variants apart of its core variants,then expecting to remain the leader in shampoo market. The launches of these fashionable variants were intended to bring the expertise and modernity image of Sunsilk.


SWOT Analysis


Strengths:
  • ·    The shampoo brand that reached the highest Top of Mind by MARS Survey
  • ·    The market leader for hair care product
  • ·    Sunsilk has various kinds of products for hair treatments
  • ·    Strong distribution. This product is easy to get.
  • ·    Great promotion . Above the line ad through the television media with different kind of     
  •        theme. And also below the line activity like one of the huge event “Pemilihan Gadis 
  •       Tiara Sunsilk”
  • ·    The market leader for hair care product
  • ·    Unilever, as the umbrella company, achieved 60 awards for environmental, social, and economic programs and policies.
  • ·    Warta Ekonomi named Unilever as the second most admired company in Indonesia, based on interviews with professionals who do not work with this company. Most of them said they would love to work for Unilever.
  • ·    Unilever received second rank in three categories : Best managed Company, Best Corporate Governance, and Best Commitment to Strong Dividend Payment.
  • ·    10 Unilever brands received first rank in their respective categories at the Indonesia Best Brand Award, an Sunsilk is included.
  • ·    Sunsilk achieved 1st Indonesia Packaging Consumer Branding Award as the Outstanding Brand in Prima Level


Weaknesses:
  • ·    Low satisfaction score compared to the other new hair care product brand. Due to the fact that Sunsilk is one of the oldest brands playing in this market, it makes the consumer having a perception that the other new brand is more modern.
  • ·    The distribution of Sunsilk shampoo to the small waroengs is still weak. They only provide the costumers with the variants of Lasting Black Shine or Anti Dandruff. It’s hard to find the other variants.


Opportunities:
  • ·    Sunsilk has not come up yet with the Hair Vitamin for Colored Hair.
  • ·    Sunsilk has not come up yet with the Hair Tonic
  • ·    Sunsilk has not come up yet with a product for Permed hair.

Threats:
  • ·    There have come so many new competitors, providing the consumers with new products innovations.

STEEPLE ANALYSIS

Social and Cultural:
  • ·    Hair is the women’s crown
  • ·    Women have so many hair dramas and they want to be understood. They require a brand that can see the world through women’s eyes
  • ·    Most women think that washing hair frequently is harmful and can make the hair falling out
  • ·    There are some myths saying that a shampoo should be changed every now and then
  • ·    Moslem, the major religion in Indonesia , requires women to cover their hair with veil
  • ·    The most common hair color of Indonesian women is black.
  • ·    Indonesian women like something easy, instant and simple
  • ·    Indonesian women tend to pick a product by its fragrance
  • ·    Women like something that is esthetically beautiful.
  • ·    People tend to believe in a product launched by a big, famous, and powerful company
Technological and product innovation:
·    Presently Indonesian people is capable to adapt advance technology
·    Development of the Internet / mobile phone - better transference of data direct to customer
·    Many hair styling technologies will never be good for a woman’s hair
·    Bio-technology seems to be the trend of education.

Economic and market conditions:
  • ·    Retailers and wholesalers in Indonesia, especially in big cities, are getting more abundant and easy to find.  
  • ·    A lot of Indonesian people have a poor buying power.
  • ·    Easy to get impact of globalization
  • ·    The government is paying more attention to manufacture industries
  • ·    The rise of free way tariffs.
  • ·    The rise of oil prices
  • ·    The depreciation of Indonesian currency

Education, employment, and training:
  • ·    The rate of illiteracy in Indonesia is still high, but getting less
  • ·    There is still high unemployment rate in Indonesia in result of insufficient number of work-field.
  • ·    The number of unemployed people in 2007 and 2008 respectively is 10.287 and 9118.
  • ·    The number of working-age-people is growing faster than the number of the people itself.
  • ·    The number of educated idlers is relatively high, especially in some big cities.
  • ·    Indonesia has a multidimensional employment problem, and it needs a flexible labor market regulations.
  • ·    The government is paying more attention to industries that support the employment-friendly-growth

Political:
  • ·    Bureaucratic procedure in policy-enforcing
  • ·    President election in 2009 and the change of governmental cabinet.

Legal:
  • ·    Law of tax policy, and trade and tariff controls in Indonesia
  • ·    Consumer-protection legislation

Environmental protection:   
  • ·    Environmental friendly products are about to be the market trend.
  • ·    The ozone layer of the atmosphere is getting thinner and more destructed.
  • ·    Animal testing will never be good for the ecosystem.
  • ·    Natural ingredients like egg, fruits, etc are much better to use than the chemical substances.
  • ·    People have to be aware to keep the environment clean and healthy.
  • People are getting more aware of global warming issues.

Product
In term of product, we are going to launch a new variant of Sunsilk Shampoo. It is Sunsilk Shampoo for Iron Heated Hair. Today, there are many women who like to make their hair with iron heated hair stylist tools, e.g hair dryer, hair curler or hair straightener. This has become a lifestyle for some modern women, because those tools are easy to use and carry everywhere, simple, and result in a good style of hair, though they know that it will be harmful for their hair. So they need an extra protection to keep their hair healthy and shiny and to prevent from hair damage. That’s why Sunsilk is carrying out this new variant. Like the other variants, we will be providing this variant in 90ml and 180ml volume package.


SEGMENTATION

Demographic
·    Age : 20-25
·    Gender : female
·    Religion : all
·    Marital status : single or young mother
·    Occupation : young working women
·    Income : 3.000.000-5.000.000/month and 5.000.000-7.500.000/month

Social Grade
·    B middle class
·    C1 lower middle class

TARGETING

    The target market of Sunsilk Shampoo for Iron Heated Hair is 20-25 young aged women who likes to make up their hair with iron heated hair stylist. Those who are active, dynamic and simple but still conscious of their need to be beautiful. It has been designed to keep the hair healthy and beautiful, though this kind of attitude has become their lifestyle.

POSITIONING


“ Sunsilk Shampoo for Iron Heated Hair provides real solution to modern women’s lifestyle”


Price
We are offering the usual prices for both 90ml and 180ml volume package.


Place
We are going to distribute this new variant to Hypermarket (Giant, Carrefour, Hypermart, or Alfa Gudang Rabat), Supermarket (HERO, Superindo), Minimarket (Alfa Mini Mart, Indomart), and Health & Beauty Care Shops (Guardian, Century, Boston).


Promotion
We are going to do both above the line and below the line campaign. Above the line, we are going to conduct advertisements in mass media. Below the line, we are going to conduct a program called “Sunsilk Gets Into Lifestyle”. There will be an event where Sunsilk will come to big cities with road shows to find Sunsilk Lifestyle Ambasador.
The requirements:
Young Women 20-25 years old.
Young Worker.
Beautiful and Good-Looking
Proportional Body Weight and Height
Simple, Active, Smart, and Dinamic

As a pack of the road show events, Sunsilk will provide Sunsilk Hair Treatment Centre booth, where young women will be able to do hair health check, get a treatment with Sunsilk Shampoo for Iron Heated Hair and hair styling with iron heated hair stylist tool of their choice.

untuk lebih jelasnya saya dan grup kelompok kerja saya telah menyediakan presentasi yang dapat anda download untuk mendapatkan data yang lebih jelas :

Kamis, September 24, 2009

Student Card

Untuk membantu memperkenalkan diri masing-masing pada mata kuliah Marketing Communication kami mandapatkan tugas untuk membuat ID card sesuai dengan instruksi berituk adalah ID card yang taelah saya buat :

Wii Project

Berikut ini adalah salah satu tugas dari mata kuliah Marketing Communication. dalam mata kuliah ini kami diminta untuk membuat sebuah konsep acara launching atau pameran yang bertujuan mengkomunikasikan produk yang kami tawarkan dengan cara yang dianggap atraktif bagi pelanggan ataupun calon pelanggan.

Dalam kesempatan ini saya dan kelompok saya kemudian mendapatkan Produk Wii dari Nintendo untuk dipromosikan kepada khalayak indonesia. dalam mempromosikan produk Nintendo Wii ini kami kemudian merencanakan untuk membuat sebuah acara launching yang telah direncanakan secara seksama baik dari budgeting, konsep, dan segmentasi market yang akan kami tuju. dalam launching itu kami juga mengadakan sebuah Wii family game championship, dimana dalam acara tersebut akan ada banyak perlombaan yang menggunakan game-game yang ada dalam console Wii.

Berikut gambaran-gambaran yang kami gunakan dalam launching tersebut :

Desain standing banner :


Desain Invitation :


Untuk pembahasan yang lebih lengkap anda dapat men-download file yang telah saya sediakan :

Magazine Project

Tugas atau project terakhir dari mata kuliah Desktop publishing yang saya ambil adalah membuat majalah. Pembuatan majalan mencakup berbagai hal, mulai dari design, target, budgeting, Segmenting dan berbagai perencanaan lainya.

berikut adalah contoh-contoh design yang telah saya buat :

Desain Cover majalah :


Desain Halaman editorial :


Desain Halaman Utama :


Desain Halaman Utama 2 :


Untuk lebih jelasnya saya telah menyiapkan tulisan yang lebih lengkap yang dapat anda download :

Xperia Project

Setelah tugas Desktop Publishing saya yang pertama, saya kemudian mendapatkan tugas berikutnya yakni membuat sebuah acara launching dari suatu produk. Pilihan saya kemudian jatuh kepada produk Xperia X1 yang merupakan Handphone keluaran dari Sony Ericsson yang masih baru kala itu. Saya mengambil Xperia X1 sebagai produk karena saya ingin merusaha mempromosikannya kepada kalangan atas atau high class society.

Kali ini saya bertugas membuat sebuah acara launching lengkap dari acaranya, budegting, dan design yang diinginnkan. berikut merupakan contoh-contoh design yang telah saya buat untuk event tersebut :

Design Invitation :


Design poster :


Design T-Shirt (Gift) :



Untuk makalah yang lebih lengkapnya saya telah menyediakan Link untuk men-download :

KidSimle

Judul diaas merupakan sebuah nama dari produk jasa service yang saya ciptakan. Pada mata Kuliah Desktop Publishing saya diminta untuk membuat sebuah nama berikut logo dan simbolnya. Akhirnya saya muncuk dengan ide diatas yakni sebuah tempat penitipan anak. Pembuatan design saya lakukan sendiri dengan bantuan Adobe Photoshop CS kala itu. Design yang udah saya buat tidak terlalu rumit karenan memang ditujukan untuk anak-anak dan orang tua anak. Design saya merepresentasikan dunia anak-anak yang ceria, lembut, dan menyenangkan

berikut adalah contoh desainnya :


Untuk Lebih Jelasnya anda dapat men-download dari link yang telah saya sediakan :

PERANAN DAN PENERAPAN DARI TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN PADA KEBUDAYAAN MINANGKABAU

Kali ini saya meneliti kebudayaan minangkabau dari daerah sumatera. Kebudayaan minangkabau adalah salah satu budaya yang sangat menarik untuk dicermati. Kali ini saya berkesempatan meneliti kebudayaan minangkabau dari 7 unsur pembentuk kebudayaan yakni :
  1. Bahasa sebagai unsur kebudayaan universal
  2. Sistem teknologi dan alat produksi
  3. Sistem mata pencaharian
  4. Organisasi sosial
  5. Sistem pengetahuan
  6. Sistem religi
  7. Kesenian
Untuk pembahasan yang lebih jelas saya telah menyediakan materi tersebut yang dapat anda download :

Bentuk Negara Berdasarkan Keistimewaan Tiap Daerah dan Suku

Dari judul diatas dapat dilihat bahwa kali ini saya dan kelompok saya berupaya untuk membahas sebuah negara yang ada dari keistimewaan dari tiap daerah dan suku yang menjadi bagian dari negara tersebut. Negara tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah indonesia. Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya dari tiap-tiap daerah yang ada sepanjang khatulistiwa. Indonesia sudah sangat terkenal akan keberagamannya. Dari keberagaman yang ada indonesia dapat bersatu dan membentuk suatu negara yang berdaulat yang mementingkan kepentingan bersama. dari sini dapat terlihat perbedaan bukanlah suatu alasan bagi manusia untuk bersatu.

Untuk lebih jelasnya anda dapat men-download makalah yang sudah saya sediakan :

Analisis Turkey

Pada mata kuliah markteing saya mendapatkan tugas untuk meneliti suatu negera dan menganalisinya menggunakan metode marketing STEEPLE dan 7P's untuk memasuki pasar dari negara tersebut. Lalu, saya memilih negara Turkey karena keberagaman budaya yang ada disana dan merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk islam yang cukup besar.

berikut adalah Presentasi mengenati analisis negera Turkey yang dapat anda download

Makalah Komunkasi Antar Budaya [KAB]

Latar Belakang Studi Komunikasi Antar Budaya

Perkembangan dunia saat ini tampak semakin maju pada apa yang disebut sebagai suatu “Global Village“ (desa dunia). Salah satu implikasinya adalah semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi antar budaya dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara yang masing – masing memiliki berbagai macam perbedaan dalam aspek-aspek tertentu misalnya, ideologis, orientasi dan gaya hidup yang mungkin tidak terlepas dari terjadinya permasalahan yang berupa konflik, kekerasan, permusuhan, perpecahan, diskriminasi dan lain-lain.
Dari berbagai macam masalah tersebut orang mulai sadar bahwa cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antar budaya tidaklah sederhana. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.

Kesadaran Internasional
Dilatarbelakangi oleh mobilitas manusia yang meningkat, teknologi komunikasi modern, serta kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama-sama, tampaknya secara radikal meningkatnya hubungan antarbudaya, yang tadinya terkendali oleh ruang dan waktu. Dengan berkurangnya hambatan – hambatan komunikasi maka dunia seakan terdesak pada kebutuhan untuk tercapainya saling pengertian antara sesama umat manusia.
Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara, tetapi juga lembaga-lembaga perekonomian dan keagamaan, serta individu-individu yang berusaha untuk memahami dini yang semakin kompleks ini. Setelah Perang Dunia II, beberapa program yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah situasi dunia dan kebijakan luar negeri AS mulai dijalankan, yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan ilmu Komunikasi Antarbudaya.
Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T. Hall menemukan bahwa lembaga-lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah untuk memberikan informasi AS ke dunia luar kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan. Bahkan sehingga muncul istilah The Ugly American bagi pejabat-pejabat dinas luar negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang kesadaran dan keterampilannya dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Hall menyusun buku “The Silent Language“ (1959), yang bisa dianggap menandakan lahirnya komunikasi antarbudaya, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak antar pribadi, dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalahpahaman antarbudaya.

Kesadaran Domestik
Bersamaan dengan perubahan-perubahan di dunia internasional, semacam perubahan kebudayaan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat. Misalnya, di Amerika munculnya kelompok – kelompok minoritas sub-budaya baru seperti kelompok orang hitam, Chicanos, golongan wanita, kaum homoseksual, orang miskin dan lain-lain bahkan di Indonesia sendiri juga sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok sub-budaya di daerah perkotaan seperti kelompok kaum “homoseks“, “kawula muda“ dengan “geng“ dan bahasanya prokemnya menambah variasi kebudayaan di negara kita yang tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial yang akan meningkat pula.
Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahasa atau bentuk fisik, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan. Dengan demikian, kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya ini mendorong perlu dilakukannya studi tentang komunikasi antarbudaya yang kiranya merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak perlu ditunda lagi.

Kesadaran Pribadi
Terdapat beberapa keuntungan yang bisa di dapat oleh individu secara pribadi dari studi komunikasi antarbudaya ini. Keuntungan tersebut antara lain :
Ø Perasaan senang dan puas dalam menemukan suatu kebudayaan yang baru dari
orang lain.
Ø Dapat mmbantu untuk menghindari masalah-masalah komunikasi.
Ø Terbukanya kesempatan-kesempatan kerja untuk bidang komunikasi antarbudaya.
Ø Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri
sendiri.
Dengan semakin banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi khususnya pada kebudayaan dan sub-budaya dibutuhkan pula kita harus mengikuti perubahan dan perkembangan dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kajian ilmu tersendiri untuk mengatasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya ini. Komunikasi antarbudaya sudah bisa dianggap sebagai suatu bidang studi, karena sudah banyaknya kepustakaan yang semakin lengkap dari berbagai penelitian, karya para ahli antropologi, bahasa, pendidikan, sosiologi dan komunikasi ujaran.dan menurut Sitaram (1976) telah memenuhi syarat-syarat dari suatu cabang ilmu pengetahuan.

Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Selama masa perkembangan komunikasi antarbudaya, telah banyak beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikannya. Di bawah ini kutipan beberapa diantaranya :
Ø Sitaram (1970) : “Intercultural communication.......the art of understanding and being understood by the audience of another culture“.
Ø Rich (1974) : “Communication is cultural when occuring between peoples of different cultures“.
Ø Stewart (1974) : “Intercultural communication.......communication which occurs under condition of cultural different-language, values, costums, and habits“.
Ø Sitaram dan Cogdell (1976) : “Intercultural communication........interaction between members of differing cultures“.
Ø Gerhard maletzke (1976) : “Intercultural communication is the process of exchange of thoughts and meaning between people of different cultures.
Ø Young Yung Kim (1984) : “Intercultural communication.......refers to the communication phenomenon in which participarents, different in culture backgrounds, come into direct or indirect contact with one another“.
Dari semua definisi tersebut, nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Terdapat dua konsep yang terpenting dalam definisi tersebut, yakni: kontak dan komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi komunikasi antarbudaya dari studi-studi antropologi dan psikologi lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan bedudayaan-kebudayaan antar budaya.

Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diketahui:
a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan
b. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya
c. saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya (baik yang bersifat
verbal maupun non verbal)

1. Tingkat Masyarakat Kelompok Budaya Dari Para Partisipan
Dimensi pertama ini menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk kepada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
b. Sub kawasan-kawasan di dunia, misalnya budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
c. Nasional/negara, misalnya, budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
d. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti<. Budaya orang Amerika hitam, budaya Cina Indonesia.
e. Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategori jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).




2. Konteks Sosial Tempat Terjadinya Komunikasi Antarbudaya
Macam kegiatan komunikasi antarbudaya dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial komunikasi antar budaya meliputi, bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan ahli teknologi. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memilih persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran, penggunaan pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungannya. Contoh, variasi kontekstual komunikasi antara orang Indonesia dengan orang Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi keduanya dalam berperan sebagai mahasiswa dalam suatu universitas. Dengan demikian, konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya memberikan bagi para partisipan hubungan-hubungan antar peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

3. Saluran Yang Dilalui Oleh Saluran Komunikasi Antarbudaya
Dimensi ini menunjukkan tentang saluran apa yang dipergunakan dalam komunkasi antarbudaya. Secara garis besar saluran dapat dibagi atas:
Ø Antar pribadi /perorangan
Ø Media massa
Saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya. Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Sedangkan, komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan yang hanya bersifat satu arah. Saluran antar pribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya.

Hubungan Antara Komunikasi dan Kebudayaan
Hubungan Timbal Balik Antara Komunikasi dan kebudayaan
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa dalam memahai komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi antar budaya dan ketergantungannya satu sama lain. Sarbaugh berpendapat :
1. Apabila disadari pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau dapat berubah dalam suatu kelompok tertentu.
2. Kesamaan tingkah laku generasi ke generasi dapat terjadi karena adanya komunikasi
Smith (1966) menerangkan hubungan kebudayaan dan komunikasi yang tidak dapat terpisahkan:
1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau peraturan yang diiliki bersama
2. Untuk mempelajari dan memiliki diperlukan komunikasi.
Pada hubungan paling kecil diadik(antara dua orang) berkembangnya komunikasi yang erat seperti pertemanan hingga perkawinan nantinya akan membentuk kompromi yang disadari atau tidak membuat suatu standarisasi yang dapat disebut kebudayaan
Pada organisasi atau kelompok kecil dari cara komunikasi mereka seperti cara bicara, ungkapan syarat dan cara berpakaian menjadi penyesuaian dan menjadi kebudayaan bagi anggotanya
Dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih luas seperti tata bicara yang baik, mata uang, lagu dan bendera kebangsaan manjadi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menemukan. Kebudayaan yang diciptakan harus dipatuhi dan mengikat agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan.
Hakikat Kebudayaan Dalam Komunikasi Antar Budaya
Kebudayaan merupakan sesuati yang lumrah kagi tiap orang. Kebudayaan sering diidentikan dengan bangsa. Kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk kualitas atau sifat tertentu. Misalnya orang yang tidak berbicara menurut etika umumnya dikatakan sebagai orang yang tidak berbuday. Walapun maksudnya orang tersebut tidak berpendidikan atau berpengalaman tentang keindahan duniawi.
Landasan-landasan yang dapat digunakan sebagai pembahasan mengenai hakikat faktor kebudayaan dalam KAB (komunikasi Antar Budaya)
Kim (1979 : 435) kebudayaan merupakan kumpulan pola kehidupan yang dipelajari sekelompok manusia dari generasi ke generasi
Samovar (1981 : 25) kebudayaan mengkondisikan manusia menuju cara-cara berkomunikasi dan bertingkah laku.
Dodd (1982 : 27) melihat kebudayaan sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum mulai dari keyakinan diri dan orang lain, nilai, norma , dan kegiatan.
Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan karakteristik budaya antara lain pertama, kebudayaan bersifat kompleks dan banyak segi. Kedua, kebudayaan tidak dapat dilihat. Ketiga, kebudayaan berubah sejalannya waktu.

Unsur-Unsur Kebudayaan
Menurut Samovar (1981 : 38-46) aspek kebudayaan dibagi kedalam tiga pembagian besar yang secara langsung sangat mempengaruhi penciptaan makna untuk persepsi yang mengacu pada tingkah laku komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Sistem Keyakinan, Nilai, dan Sikap
2. Pandangan Hidup tentang Dunia
3. Organisasi Sosial
Contoh: Seorang Amerika dan seorang Arab mungkin akan sepakat menyatakan seorang wanita berdasarkan wujud fisiknya. Artinya makna objektifnya tidak berbeda. Tetapi kemungkinan cara pandang mereka mengenai kesempatan dan derajat dalam pekerjaan atau rumah tangga dapat berbeda.

1. Sistem Keyakinan, Nilai, dan Sikap
- Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lainnya, atau dengan nilai, konsep, atribut tertentu. Keyakinan ini juga memiliki derajat atau intensitas tertentu dan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Keyakinan berdasar pengalaman (experensial).
Yaitu keyakinan yang terbentuk secara langsung melalui pembuktian panca indera. Contohnya: Dengan menyentuh kompor yang panas, kita akan mengetahui dan menyakini bahwa benda tersebut mempunyai kemampuan membakar jari-jari kita.
b. Keyakinan berdasarkan informasi (informational).
Yaitu keyakinan yang dibentuk melalui sumber-sumber informasi dari luar (eksternal) seperti orang lain, buku, majalah, televisi atau film. Contohnya: Kita percaya bahwa surat kabat Kompas merupakan sumber berita yang bersifat netral, maka kita yakin dan percaya akan kebenaran isi beritanya.
c. Keyakinan berdasarkan penarikan kesimpulan (inferensial).
Yaitu keyakinan yang terbentuk dari pengamatan suatu tingkah laku atau peristiwa yang kemudian melibatkan penggunaan sistem logika internal untuk kemudian memperkirakan bahwa tingkah laku atau peristiwa tersebut digerakkan oleh suatu perasaan atau emosi tertentu. Contohnya: Orang berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata makian, maka kita akan berasumsi atau meyakini orang tersebut sedang marah.

- Nilai
Nilai merupakan aspek evaluatif dari sistem keyakinan, nilai dan sikap yang memiliki dimensi-dimensi yang mencakup kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberi kepuasan. Nilai-nilai kebudayaan berakar dari falsafah dasar secara keseluruhan suatu budaya dan bersifat normative tentang baik dan buruk serta benar dan salah.

Nilai-nilai budaya dapat dikategorisasikan ke dalam tiga tingkatan:
1. Primer: Diyakini pantas untuk diperjuangkan bahkan dengan nyawa sekalipun.
2. Sekunder: Diyakini perlu, tetapi derajatnya tidak sampai mengorbankan diri.
3. Tersier: Hanya merupakan alternative yang derajatnya dibawah primer dan sekunder.

Nilai-nilai budaya juga dapat diklasifikasikan ke dalam positif, negatif dan netral, misalnya: mempertahankan kapitalisme merupakan nilai positif bagi kebanyakan orang Amerika dan nerupakan hal negatif bagi kebanyakan orang berpaham komunis. Orang yang tidak memberi nilai positif atau negatif akan hal tersebut merupakan bentuk nilai netral.

- Sikap
Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecenderumham yang dipelajari untuk memberikan respons secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. Komponen Kognisi atau keyakinan
2. Komponen Evaluasi
3. Komponen Intensitas atau harapan
Ketiga komponen ini saling berinteraksi untuk menciptakan keadaan yang secara psikologis bereaksi terhadap objek atau peristiwa tertentu. Contohnya: Bagi orang Amerika kekejaman terhadap binatang adalah perbuatan yang salah. Akibatnya, banyak orang Amerika yang memandang olahraga pertunjukkan mengadu banteng dan manusia adalah suatu perbuatan yang keji dan menentang kegiatan yang popular di negara Spanyol itu.

2. Pandangan Hidup tentang Dunia
Pandangan hidup merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti manusia, alam semesta dan masalah-masalah filsafat lainnya yang berkaitan dengan konsep keberadaan (being). Singkatnya, pandangan hidup membantu kita untuk menentukan tempat dan tingkat kita sendiri dalam alam semesta ini.
Dengan cara yang tersamar, pandangan hidup mempunyai pengaruh yang kuat terhadap komunikasi antarbudaya.Pandangan hidup merupakan landasan pokok yang paling mendalam dari suatu kebudayaan dimana efeknya seringkali tersamar sehingga tidak dapat terlihat secara nyata misalnya cara berpakaian, gerak, isyarat dan perbendaharaan kata.


Organisasi Sosial
Organisasi Sosial merupakan cara suatu kebudayaan mengatur diri dan pranata-pranatanya.
2 macam bentuk pengaturan sosial yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya:
a. Kebudayaan Geografik, yaitu negara, suku-bangsa, kasta, sekte keagamaan, dsb yang dirumuskan berdasarkan batas-batas geografik.
b. Kebudayaan-kebudayaan peranan, yaitu keanggotaan dalam posisi-posisi sosial yang jelas batasannya dan lebih spesifik, sehingga mempercepat perilaku komunikasi yang khusus pula. Pengorganisasian masyarakat atas dasar peranan ini melintasi organisasi masyarakat secara geografik dan mencakup seluruh organisasi mulai dari kelompok-kelompok profesional sampai ke organisasi-organisasi yang menekankan ideologi tertentu. Peranan kebudayaan yang mengajarkan cara-cara berperilaku dalam posisi-posisi sosial yang khusus.
Contoh: Seorang tenaga pengajar di Indonesia mempelajari cara bertingkah laku komunikasi yang sangat berbeda dari apa yang dipelajari oleh seorang buruh kasar di Amerika. Bila kedua orang tersebut terlibat dalam suatu interaksi, kemungkinan besar keduanya akan mengalami kesulitan, karena masing-masing mempunyai latar belakang pengalaman dan peranan yang berbeda.

Semua unsur sosial budaya (keluarga, seolah, dan lembaga keagamaan) yang mempengaruhi proses-proses persepsi bersifat terbatas (exhaustive). Segala segi atau aspek kebudayaan dapat dimasukkan ke dalam macam-macam cara klasifikasi dan cara analisis dengan dua faktor:

a. Apa yang dipersepsikan sebagai hal yang penting bervariasi dari kebudayaan ke kebudayaan yang lain.
b. Apa yang dikomunikasikan seseorang merupakan pencerminan dari apa yang dipersepsikan oleh kebudayaan.

Harris dan Morran (1979) mengklasifikasikan cara menilai dan menganalisis suatu kebudayaan secara sistematik menjadi sepuluh:
1. Komunikasi dan bahasa
2. Pakaian dan penampilan
3. Makanan dan cara makan
4. Konsep dan kesadaran tentang waktu
5. Pemberian imbalan dan pengakuan
6. Hubungan-hubungan
7. Nilai-nilai dan norma-norma
8. Konsep kesadaran diri dan jarak ruang
9. Proses mental dan belajar
10. Keyakinan (kepercayaan) dan sikap.
Menurut pendekatan sistem, sistem kebudayaan terdiri dari:

1. ”Kinship system” atau sistem kekerabatan, yatiu hubungan-hubungan kekeluargaan dan cara orang bereproduksi, melatih, dan mensosialisasi para warganya.
Contoh: unit keluarga nuklir yang independen, atau extended family yang berisikan beberapa generasi yang terikat melalui garis laki-laki (patrilineal) atau melalui garis perempuan (matrilineal).

2. Sistem pendidikan, yaitu bagaimana orang-orang muda atau yang merupakan warga baru dalam masyarakat diberikan informasi, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
3. Sistem ekonomi, yaitu cara masyarakat bersangkutan memproduksi dan mendistribusikan barang-barang dan jasa.
Contoh: Sistem ekonomi Jepang pada dasarnya merupakan perluasan/perpanjangan dari keluarga dan sangat berorientasi pada kelompok. Sementara negara-negara lain ada yang mengikuti sistem ekonomi kapitalis atau sosialis. Kini di antara sistem-sistem tersebut telah terjadi intergensi sehingga muncul kerjasama regional ekonomi yang melampaui batas-batas negara dan ideologi.
4. Sistem politik, yaitu cara-cara memerintah yang dominan untuk memelihara kestabilan dan melaksanakan kekuasaan dan wewenang. Ada kebudayaan-kebudayaan yang masih dalam taraf diperintah oleh kepala suku, ada yang dipimpin oleh keluarga kerajaan, ada yang memilih demokrasi, atau komunisme, dll.
5. Sistem agama, yaitu cara-cara pemberian makna dan motivasi yang berlandaskan pada aspek-aspek kehidupan budaya yang bersifat spiritual.
6. Sistem pengelompokan sosial, yaitu jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk masyarakat. Beberapa kebudayaan sangat group oriented dan menciptakan asosiasi atau perkumpulan formal maupun informal untuk setiap macam kegiatan.
7. Sistem kesehatan, yaitu cara suatu kebudayaan mencegah dan mengobati penyakit. Konsep-konsep tentang sehat, kesejahteraan dan masalah-masalah kesehatan berbeda antara satu kebudayaan dengan yang lain. Beberapa kebudayaan mempunyai dukun dengan jampi-jampi atau ramuan-ramuan, kebudayaan lain sepenuhnya ditangani jasa-jasa yang didukung dana pemerintah.
8. Sistem rekreasi, yaitu cara orang bersosialisasi dan menggunakan waktu senggang. Pandangan terhadap suatu bentuk rekreasi yang sama dapat berbeda.
Contoh: olahraga dianggap mempunyai implikasi politik, sementara pada kebudayaan lain dapat dipandang sebagai hiburan untuk diminati, bidang bisnis, dll. Beberapa macam hiburan seperti tarian rakyat, nampaknya terdapat dalam setiap kebudayaan.


Rubell merangkum beberapa aspek kebudayaan yang dapat menyatukan orang-orang yang memiliki bersama sikap-sikap dasar, latar belakang, dan gaya hidup, antara lain:

1. Cara-cara memberi salam dalam perjumpaan
2. Cara-cara mengunjungi kerabat di rumah
3. Cara-cara berpidato atau berbicara di muka umum
4. Cara-cara mengadakan pertemuan
5. Gerak isyarat nonverbal
6. Penampilan pribadi
7. Sikap umum
8. Bahasa
9. Agama
10. Hari-hari libur khusus
11. Unit sosial keluarga
12. Adat kebiasaan dalam kencan dan perkawinan
13. Tingkat-tingkat sosial-ekonomi
14. Penyebaran kelompok
15. Pekerjaan
16. Makan dan makanan
17. Rekreasi
18. Sejarah dan pemerintah
19. Pendidikan
20. Sistem perhubungan dan komunikasi
21. Kesehatan, kebersihan, fasilitas pengobatan
22. Dampak keadaan geografik dan iklim.

KEBUDAYAAN SEBAGAI PENYARING

Salah satu fungsi kebudayaan ialah sebagai penyaring yang sangat selektif bagi warga masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut dalam menghadapi dunia luar. Fungsi screening (penyaring ) ini melindungi sistem syaraf manusia dari kejenuhan informasi ( information overload ).
Information overload merupakan teknis yang biasanya diterpkan pada sistem pemprosesan informasi, yakni untuk menggambarkan suatu situasi yang rusak atau macetnya sistem.Contoh dalam kehidupan sehari-hari : Seorang ibu yang berusaha memmenuhi kebutuhan anak-anaknya dan membereskan rumah serta melayani kegiata-kegiatan sosial dalam hal yang sama secara sekaligus akan mengalami ketegangan dalam hidupnya.
Situasi information overload ini dapat pula dialami dari lembaga-lembaga seperti bursa saham, perpusatakaan,kantor telepon, kantor pajak.Proses penyeleksian sangat dipengaruhi oleh kebudayaan ini disebut persepsi. Persepsi yang bersifat subyektif ini ( menentukan “ realita subjektif ) kemudian menunjukan tingkah laku,termasuk tingkah laku komunikasi.
Masalah bisa muncul karena stimulasi yang sama seringkali dipersepsikan secara lain oleh individu dan kelompok berbeda.
Misalnya, kalau kita dihadapkan pada keharusan memakan daging babi. Perilaku kita akan sangat tergantung pada seberapa mendalam kita telah menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap yang te;ah diajarkan oleh kebudayaan kita.


Peranan persepsi dalam komunikasi antar-budaya
Ditinjau bagaimana persepsi individumengenai dunia sekelilingnya orang,benda, dan peristiwa mempengaruhi kelangsungan KAB. Kita harus belajar mengerti lingkungan referensi perseptual mereka. Karenanya pengertian tentang persepsi secara umu diperlukan sebagai landasan memahami hubungan antara kebudayaan dan persepsi.

Pokok-pokok tentang persepsi
Perspesi merupakan proses internal yang dilalui individu dalam menseleksi, mengevaluasi, dan mengatur stimuli yang dating dari luar. Proses inidividu dalam melakukan kontak atau hubungan dengan dunia sekelilingnya. Secara umum proses persepsi melibatkan 3 aspek yaitu: struksur, stabilitas dan makna.

1.) Struktur
Pengembangan kemampuan pembentuj struktur dengan mempelajari kategorisasi-kategorisasi untuk memilah-milah stimulasi eksternal. Kategori ini tergantung pada sejarah penganlaman dan pengetahuan kita. Walaupun ada beberapa kategori yang sifatnya universal, terutama dalam komunitas tertentu.misalnya Stimulan secara fisik yang akan ditranformasikan kedalam kategori “Rumah” akan sangat berbeda antara orang alaska dengan arab yang tinggal dipadang pasir.
Objek-objek social dan fisik tersebut mempunyai struktur yang sangat berbeda tergantung pada kebutuhan saat itu.

2.) stabilitas
dunia persepsi kita yang berstruktur tadi mempunyai kelanggengan, dalam arti tidak selalu berubah-ubah. walau pun alat-alat panca indera kita sangat sensitif, kita mampu unutk secara intern mengharuskan perbedaan-perbedaan atau perubahan-perubahan dari input sehingga dunia luar tampak tetap.

3.) Makna
Persepsi bermakna dimungkin kan karena persepsi-persepsi terstruktur dan stabil tadi tidak terasingkan / terlepas satu sama lain, melainkan berhubungan setelaha selang beberapa waktu.
Makna berkembang dari pelajaran dan pengalaman kita masa lalu, dan dalama rangka kegiatan yang ada tujuannya.
Suatu hal pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Makna, karenanya, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahasa dan tergantung pada penggunaan kita atas kata-kata yang dapat memberikan gambaran secara tepat.

Dimensi-dimensi persepsi

Ada dua fingsi pokok fundamental dari persepsi:
1. dimensi fisik (mengatur/mengorganisasikan)
dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik-karakteristik stimulasi-stimulasi yang berupa energi, hakikat,dan. Fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata,hidung,telinga,mulut,kulit) serta transmisi data melalui saraf ke otak untuk kemudian diubah dlam bentuk yang bermakna.

2. dimensi psikologis (menafsirkan)
dalam tahap ini,setiap individu menciptakan struktur, stabilitas, dan makna dalam persepsinya, serta memberikan sifat yang pribadi dan penafsiran tentang dunia luar. Misalnya ketikamembaca buku selain kata-kata yang ada dalam buku, kita juga akan menerima masukan pesan lain. Semua stimulasi ini secara bersamaan akan ikut mempengaruhi proses kegiatan kita.Namun, kita melakukan penyeleksian terhdap semua stimulus yang kita terima.
Proses seleksi dalam persepsi mengenai suatu objek dan lingkungan, menurut samofar (1981) secara umum melibatkan yang saling berkaitan.Yakni:selektif eksposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus ),selektif attention (seleksi dalam perhatian), dan selektif retention (seleksi yang menyangkut atensi atau ingatan)

selektif eksposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus ),
Seringkali kita menghindar untuk mempersepsikan aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau lingkungan, dengan cara tidak menempatkan diri dalam posisi yang memungkinkan untuk menghadapinya. Keadaan demikina disebut sebagai selektif noneksposure. Dilain pihak kita juga bisa dengan cara sengaja mencari situasi tertentu yang memudahan untuk mempersepsikan beberapa hal tertentu, cara ini di sebut selektif eksposure.
Contoh: orang-orang yang baru membeli mobil merek A cendenrung akan melihat iklan mobil A disbanding dengan Merek mobil lainnya. Untuk dijadikan informasi serta penguatan yang telah dibuat. Karena jika hal ini tidak dilakukan maka akan tejadi situasi ”disonansi”. Dengan kata lain menghindarkan diri dari situasi yang dapat menimbilakn disonansi yang lazim dilakukan orang.

selektif attention (seleksi dalam perhatian),
Terkadang orang hanya dapat memusatkan pada satu atau beberapa macam informasi. Karena, lingkungan disektiar objek yang kita amati terlalu luas dankompleks. Dengan adanya keharusan untuk melakukan pemilihan dalam perhatian, maka banyak faktor yang mempengaruhi,yaitu:kebutuhan individu,latihan dan pengalaman,harapan dan sikap.

Kebutuhan individu
Sebagai contoh : ketika kita sedang memperhatikan iklan yang ada di sutau pusat pertokokan dan dalam keadaan lapar maka perhatian kita tercurahkan pada iklan makanan. Beberapa aspek kebutuhan yang mejadi pendorong adalah : kebebesan,seks,social approval (pengakuan masyarakat) dan juga dipengaruhi oleh kebudayaan misal : orang amerika memiliki pendapatan dan penilaian yang tinggi terhadap kebebasan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia dikirim kerumah jompo hal itu tidak lazim terjadi di Indonesia dan jepang.

Latihan dan pengalaman individu
contoh: seorang guru karena latihan-latihan yg telah dilakukannya, akan cepat melihat kesalahan-kesalahan dlm pekerjaan muridnya. selain itu pengalaman pribadi dan kebudayaan juga memperoleh pola seleksi.

Harapan-harapan/ perkiraan-perkiraan
harapan atau perkiraan yg ada pd seseorang mempunyai pengaruh terhadap penilaian atau persepsi dari orang tsb. misalnya: kita mengharapkan atau memperkirakan orang tsb ramah maka kita akan cenderung membuat kesimpulan bahwa orang tsb ramah.

sikap
pengertian sikap disini menunjuk pada kecenderungan-kecenderungan utk memberi reaksi secara khusus (predetermined) terhadap orang,objek atau gagasan. implikasinya terhadap perhatian adalah dalam mengarahkan perhatian terhadap suatu objek, maka orang akan memberikan perhatian terhadp hal-hal yg memperkuat sikapnya.

Selective Retention (seleksi penyimpanan)
beberapa masukan informasi, meskipun telah dipersepsikan dan di proses,boleh jadi kemudian akan terlupakan. pada umumnya informasi yg kita simpan dalam ingatan adalah yg menyenangkan yg menunjang bayangan-bayangan baik tentang diri sendiri, yg di pandang perlu untuk digunakan kemudian hari, atau yg menimbulkan rasa benci, tidak suka, dan penilaian-penilaian negatif lainnya.

Persepsi dan Kebudayaan
Pengaruh khusus kebudayaan pada proses persepsi sulit di ketahui karena seringkali tidak dapat dipastikan apakah pengalaman pribadi atau latar belakang kebudayaan yang bertanggung jawab atas terjadinya keragaman persepsi yang ada pada orang-orang.
Suatu tahap penting dari persepsi adalah pemberian makna pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
kebudayaan juga mempunyai kekuatan sebagai pemersatu dalam pembentukan persepsi dari sekelompok masyarakat. Besarnya perbedaan dalam suatu kebudayaan tergantung dari kebudayaan itu sendiri. Suatu kebudayaan akan bersifat pluralistik seperti di Indonesia atau Amerika Serikat, akan menghasilkan variasi yang lebih besar dibandingkan dengan Jepang atau Korea,yang relatif lebih bersifat "homogen".
Melalui persepsi kita menciptakan stabilitas,struktur,dan makna bagi lingkungan di sekitar kita.Kita belajar untuk memberi nama pada benda dan mengembangkan kategori sehingga cocok dengan struktur dan makna yang ada pada diri kita sendiri. Salah satu cara yang dipergunakan dalam pengembangan kategori ini adalah stereotip dan prasangka.
Menurut para ahli seperti Samovar,Porter,dan Jain (1981), pengertian stereotip menunjuk pada suatu keyakinan yang berlaku digeneralisasikan terlalu dibuat mudah, sederhana, atau dilebih-lebihkan mengenai suatu kategori atau kelompok orang tertentu. Di Indonesia katanya stereotip relatif dianggap bersifat baku dan diwarnai emosi.
Jika kategori merupakan konsep yang netral,factual,dan tidak menilai, maka stereotip muncul apabila kolorasi telah dibebani oleh gambaran-gambaran dan penilaian-penilaian yang relative bersikap subjektif.


Stereotip dan Prasangka
Stereotip dan prasangka merupakan konsep yang netral,faktual,dan tidak menilai, maka stereotip muncul apabila kolorasi telah dibebani oleh gambaran-gambaran dan penilaian-penilaian yang relative dan bersifat subjektif.
Stereotip dan prasangka merupakan konsep yang saling terkait dan lazimnya terjadi bersama-sama, kedua hal tersebut juga mempunyai hubungan erat dan saling mempengaruhi dengan komunikasi antarbudaya.
Secara umum terdapat 4 dimensi dari stereotip yakni:
-Arah (direction)
Menunjuk pada arah penilaian,apakah positif atau negatif. Misalnya disenangi atau dibohongi.
-Intensitas
Menunjuk pada seberapa kuatnya keyakinan dari suatu stereotip.
-Ketepatan
Ada stereotip yang betul-betul tidak menggambarkan kebenaran atau sebagian tidak benar tetapi banyak juga stereotip yang berkembang dari pentajaman dan generalisasi yang berlebihan mengenai fakta. Jadi stereotip dapat mengandung unsure kebenaran.
-Isi khusus
Yaitu sifat-sifat khusus mengenai suatu kelompok. Stereotip mengenai kelompok orang tertentu dapat berbeda-beda. Di samping itu, isi stereotip juga dapat berubah dari waktu ke waktu

Prasangka
Prasangka menurut Samovar dan kawan-kawan (1981) ialah suatu sikap kaku terhadap sekelompok orang berdasarkan keyakinan yang salah. Prasangka mengandung arti penilaian dini atau pra-penilaian.
Secara umum ada 3 karakteristik prasangka :
1. Merupakan sikap yang ditujukan pada kategoritertentu yakni pada sekelompok atau kategori orang tertentu
2. Membawa serta keyakinan yang salah, pemikiran sederhana yang dilebih-lebihkan.
3. Mempunyai sikap yang secara emosional kaku, sulit untuk mengubah sikapnya. Walaupun prasangkanya bersifat keliru

Perbedaan antara stereotip dan prasangka adalah, stereotip adalah keyakinan sementara prasangka merupakan sikap .

Manifestasi dari Prasangka
Terdapat 5 macam manifestasi akibat dari prasangka yang realisasinya tergantung dari intensitasnya antara lain :
1. Antilokusi. Yaitu berbicara dengan teman-teman sendiri tentang perasaan, sikap, pendapat dan stereotip tentang suatu kelompok tertentu
2. Penghindaran diri. Menghindarkan diri dari setiap kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan orang yang tidak disukainya
3. Diskriminasi. Yakni membuat perbedaan melalui tindakan-tindakan aktif
4. Permusuhan. Merupakan bentuk manifestasi prasangka yang intensitasnya paling kuat dank eras.
Terdapat hubungan antara stereotip, prasangka dan perilaku terbuka. Stereotip akan menimbulkan prasangka, dan prasangka ini yang selajutnya menjadi dasar atau pendorong perilaku terbuka.

Asal mula timbulnnya stereotip dan prasangka
Persepsi umumnya didasari oleh stereotip dan prasangka. Kedua hal ini bukanlah bawaan lahir, melainkan dipelajari. Upaya mempelajari stereotip dan prasangka ini antara lain :
1. Dari orang tua, orang terdekat yang berinteraksi dengan kita. Pengembangan stereotip dan prasangkan dilalui berdasarkan pengalaman.
2. Dari pengalaman pribadi, hal yang didapatkan setelah mengalami interaksi dengan individu lain atau kelompok individu tertentu.
3. Dari media massa, seperti surat kabar, majalah, film, radio, dll mengenai suatu kelompok yang disajikan melalui informasi media massa

Pengaruh stereotip dan prasangka terhadap KAB
Stereotip dan prasangka memberikan pengaruh terhadap KAB. Hal tersebu meliputi 3 hal
a. Stereotip dan prasangka negative yang kuat, dengan demikian melakukan usaha penghindaran untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak diinginkan.
b. Stereotip dan prasangka cenderung menghasilkan hal-hal yang negative sehingga menggangu KAB.
c. Jika seseorang terlibat dalam stereotip dan prasngka yang dalam maka orang tersebut akan melakukan diskriminasi dan antilokusi terhadap orang yang d\tidak disukai. Yang kemudian memicu terjadinya konflik terbuka.