Kamis, September 24, 2009

Makalah Komunkasi Antar Budaya [KAB]

Latar Belakang Studi Komunikasi Antar Budaya

Perkembangan dunia saat ini tampak semakin maju pada apa yang disebut sebagai suatu “Global Village“ (desa dunia). Salah satu implikasinya adalah semakin meningkatnya kontak-kontak komunikasi antar budaya dan hubungan antar berbagai bangsa dan negara yang masing – masing memiliki berbagai macam perbedaan dalam aspek-aspek tertentu misalnya, ideologis, orientasi dan gaya hidup yang mungkin tidak terlepas dari terjadinya permasalahan yang berupa konflik, kekerasan, permusuhan, perpecahan, diskriminasi dan lain-lain.
Dari berbagai macam masalah tersebut orang mulai sadar bahwa cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antar budaya tidaklah sederhana. Berdasarkan luas lingkup permasalahannya, maka kesadaran itu dapat dibagi dalam tiga kategori : kesadaran internasional, kesadaran domestik atau dalam negeri, dan kesadaran pribadi.

Kesadaran Internasional
Dilatarbelakangi oleh mobilitas manusia yang meningkat, teknologi komunikasi modern, serta kesadaran akan masalah-masalah dunia yang harus ditangani bersama-sama, tampaknya secara radikal meningkatnya hubungan antarbudaya, yang tadinya terkendali oleh ruang dan waktu. Dengan berkurangnya hambatan – hambatan komunikasi maka dunia seakan terdesak pada kebutuhan untuk tercapainya saling pengertian antara sesama umat manusia.
Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara, tetapi juga lembaga-lembaga perekonomian dan keagamaan, serta individu-individu yang berusaha untuk memahami dini yang semakin kompleks ini. Setelah Perang Dunia II, beberapa program yang berkaitan dengan penanganan masalah-masalah situasi dunia dan kebijakan luar negeri AS mulai dijalankan, yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan ilmu Komunikasi Antarbudaya.
Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T. Hall menemukan bahwa lembaga-lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah untuk memberikan informasi AS ke dunia luar kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan. Bahkan sehingga muncul istilah The Ugly American bagi pejabat-pejabat dinas luar negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang kesadaran dan keterampilannya dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Hall menyusun buku “The Silent Language“ (1959), yang bisa dianggap menandakan lahirnya komunikasi antarbudaya, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya tentang ruang jarak antar pribadi, dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai kesalahpahaman antarbudaya.

Kesadaran Domestik
Bersamaan dengan perubahan-perubahan di dunia internasional, semacam perubahan kebudayaan juga terjadi di dalam negeri, termasuk munculnya berbagai macam kelompok sub-budaya yang menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat. Misalnya, di Amerika munculnya kelompok – kelompok minoritas sub-budaya baru seperti kelompok orang hitam, Chicanos, golongan wanita, kaum homoseksual, orang miskin dan lain-lain bahkan di Indonesia sendiri juga sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok sub-budaya di daerah perkotaan seperti kelompok kaum “homoseks“, “kawula muda“ dengan “geng“ dan bahasanya prokemnya menambah variasi kebudayaan di negara kita yang tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial yang akan meningkat pula.
Masalah-masalah yang muncul tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahasa atau bentuk fisik, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan. Dengan demikian, kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya ini mendorong perlu dilakukannya studi tentang komunikasi antarbudaya yang kiranya merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak perlu ditunda lagi.

Kesadaran Pribadi
Terdapat beberapa keuntungan yang bisa di dapat oleh individu secara pribadi dari studi komunikasi antarbudaya ini. Keuntungan tersebut antara lain :
Ø Perasaan senang dan puas dalam menemukan suatu kebudayaan yang baru dari
orang lain.
Ø Dapat mmbantu untuk menghindari masalah-masalah komunikasi.
Ø Terbukanya kesempatan-kesempatan kerja untuk bidang komunikasi antarbudaya.
Ø Memberikan kesempatan untuk mampu mempersiapkan dan memahami diri
sendiri.
Dengan semakin banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi khususnya pada kebudayaan dan sub-budaya dibutuhkan pula kita harus mengikuti perubahan dan perkembangan dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kajian ilmu tersendiri untuk mengatasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya ini. Komunikasi antarbudaya sudah bisa dianggap sebagai suatu bidang studi, karena sudah banyaknya kepustakaan yang semakin lengkap dari berbagai penelitian, karya para ahli antropologi, bahasa, pendidikan, sosiologi dan komunikasi ujaran.dan menurut Sitaram (1976) telah memenuhi syarat-syarat dari suatu cabang ilmu pengetahuan.

Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Selama masa perkembangan komunikasi antarbudaya, telah banyak beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikannya. Di bawah ini kutipan beberapa diantaranya :
Ø Sitaram (1970) : “Intercultural communication.......the art of understanding and being understood by the audience of another culture“.
Ø Rich (1974) : “Communication is cultural when occuring between peoples of different cultures“.
Ø Stewart (1974) : “Intercultural communication.......communication which occurs under condition of cultural different-language, values, costums, and habits“.
Ø Sitaram dan Cogdell (1976) : “Intercultural communication........interaction between members of differing cultures“.
Ø Gerhard maletzke (1976) : “Intercultural communication is the process of exchange of thoughts and meaning between people of different cultures.
Ø Young Yung Kim (1984) : “Intercultural communication.......refers to the communication phenomenon in which participarents, different in culture backgrounds, come into direct or indirect contact with one another“.
Dari semua definisi tersebut, nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Terdapat dua konsep yang terpenting dalam definisi tersebut, yakni: kontak dan komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi komunikasi antarbudaya dari studi-studi antropologi dan psikologi lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan bedudayaan-kebudayaan antar budaya.

Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan dalam konteks komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diketahui:
a. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan
b. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya
c. saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya (baik yang bersifat
verbal maupun non verbal)

1. Tingkat Masyarakat Kelompok Budaya Dari Para Partisipan
Dimensi pertama ini menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk kepada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut :
a. Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
b. Sub kawasan-kawasan di dunia, misalnya budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
c. Nasional/negara, misalnya, budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
d. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti<. Budaya orang Amerika hitam, budaya Cina Indonesia.
e. Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategori jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).




2. Konteks Sosial Tempat Terjadinya Komunikasi Antarbudaya
Macam kegiatan komunikasi antarbudaya dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial komunikasi antar budaya meliputi, bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan ahli teknologi. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memilih persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran, penggunaan pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungannya. Contoh, variasi kontekstual komunikasi antara orang Indonesia dengan orang Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi keduanya dalam berperan sebagai mahasiswa dalam suatu universitas. Dengan demikian, konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya memberikan bagi para partisipan hubungan-hubungan antar peran, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

3. Saluran Yang Dilalui Oleh Saluran Komunikasi Antarbudaya
Dimensi ini menunjukkan tentang saluran apa yang dipergunakan dalam komunkasi antarbudaya. Secara garis besar saluran dapat dibagi atas:
Ø Antar pribadi /perorangan
Ø Media massa
Saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya. Umumnya, pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Sedangkan, komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan yang hanya bersifat satu arah. Saluran antar pribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai jumlah besar manusia sekaligus batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam keduanya, proses komunikasi bersifat antarbudaya bila partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya.

Hubungan Antara Komunikasi dan Kebudayaan
Hubungan Timbal Balik Antara Komunikasi dan kebudayaan
Sarbaugh (1979) berpendapat bahwa dalam memahai komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi antar budaya dan ketergantungannya satu sama lain. Sarbaugh berpendapat :
1. Apabila disadari pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau dapat berubah dalam suatu kelompok tertentu.
2. Kesamaan tingkah laku generasi ke generasi dapat terjadi karena adanya komunikasi
Smith (1966) menerangkan hubungan kebudayaan dan komunikasi yang tidak dapat terpisahkan:
1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau peraturan yang diiliki bersama
2. Untuk mempelajari dan memiliki diperlukan komunikasi.
Pada hubungan paling kecil diadik(antara dua orang) berkembangnya komunikasi yang erat seperti pertemanan hingga perkawinan nantinya akan membentuk kompromi yang disadari atau tidak membuat suatu standarisasi yang dapat disebut kebudayaan
Pada organisasi atau kelompok kecil dari cara komunikasi mereka seperti cara bicara, ungkapan syarat dan cara berpakaian menjadi penyesuaian dan menjadi kebudayaan bagi anggotanya
Dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih luas seperti tata bicara yang baik, mata uang, lagu dan bendera kebangsaan manjadi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menemukan. Kebudayaan yang diciptakan harus dipatuhi dan mengikat agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan.
Hakikat Kebudayaan Dalam Komunikasi Antar Budaya
Kebudayaan merupakan sesuati yang lumrah kagi tiap orang. Kebudayaan sering diidentikan dengan bangsa. Kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk kualitas atau sifat tertentu. Misalnya orang yang tidak berbicara menurut etika umumnya dikatakan sebagai orang yang tidak berbuday. Walapun maksudnya orang tersebut tidak berpendidikan atau berpengalaman tentang keindahan duniawi.
Landasan-landasan yang dapat digunakan sebagai pembahasan mengenai hakikat faktor kebudayaan dalam KAB (komunikasi Antar Budaya)
Kim (1979 : 435) kebudayaan merupakan kumpulan pola kehidupan yang dipelajari sekelompok manusia dari generasi ke generasi
Samovar (1981 : 25) kebudayaan mengkondisikan manusia menuju cara-cara berkomunikasi dan bertingkah laku.
Dodd (1982 : 27) melihat kebudayaan sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum mulai dari keyakinan diri dan orang lain, nilai, norma , dan kegiatan.
Ruben (1984 : 302-312) menyebutkan karakteristik budaya antara lain pertama, kebudayaan bersifat kompleks dan banyak segi. Kedua, kebudayaan tidak dapat dilihat. Ketiga, kebudayaan berubah sejalannya waktu.

Unsur-Unsur Kebudayaan
Menurut Samovar (1981 : 38-46) aspek kebudayaan dibagi kedalam tiga pembagian besar yang secara langsung sangat mempengaruhi penciptaan makna untuk persepsi yang mengacu pada tingkah laku komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Sistem Keyakinan, Nilai, dan Sikap
2. Pandangan Hidup tentang Dunia
3. Organisasi Sosial
Contoh: Seorang Amerika dan seorang Arab mungkin akan sepakat menyatakan seorang wanita berdasarkan wujud fisiknya. Artinya makna objektifnya tidak berbeda. Tetapi kemungkinan cara pandang mereka mengenai kesempatan dan derajat dalam pekerjaan atau rumah tangga dapat berbeda.

1. Sistem Keyakinan, Nilai, dan Sikap
- Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lainnya, atau dengan nilai, konsep, atribut tertentu. Keyakinan ini juga memiliki derajat atau intensitas tertentu dan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Keyakinan berdasar pengalaman (experensial).
Yaitu keyakinan yang terbentuk secara langsung melalui pembuktian panca indera. Contohnya: Dengan menyentuh kompor yang panas, kita akan mengetahui dan menyakini bahwa benda tersebut mempunyai kemampuan membakar jari-jari kita.
b. Keyakinan berdasarkan informasi (informational).
Yaitu keyakinan yang dibentuk melalui sumber-sumber informasi dari luar (eksternal) seperti orang lain, buku, majalah, televisi atau film. Contohnya: Kita percaya bahwa surat kabat Kompas merupakan sumber berita yang bersifat netral, maka kita yakin dan percaya akan kebenaran isi beritanya.
c. Keyakinan berdasarkan penarikan kesimpulan (inferensial).
Yaitu keyakinan yang terbentuk dari pengamatan suatu tingkah laku atau peristiwa yang kemudian melibatkan penggunaan sistem logika internal untuk kemudian memperkirakan bahwa tingkah laku atau peristiwa tersebut digerakkan oleh suatu perasaan atau emosi tertentu. Contohnya: Orang berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata makian, maka kita akan berasumsi atau meyakini orang tersebut sedang marah.

- Nilai
Nilai merupakan aspek evaluatif dari sistem keyakinan, nilai dan sikap yang memiliki dimensi-dimensi yang mencakup kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberi kepuasan. Nilai-nilai kebudayaan berakar dari falsafah dasar secara keseluruhan suatu budaya dan bersifat normative tentang baik dan buruk serta benar dan salah.

Nilai-nilai budaya dapat dikategorisasikan ke dalam tiga tingkatan:
1. Primer: Diyakini pantas untuk diperjuangkan bahkan dengan nyawa sekalipun.
2. Sekunder: Diyakini perlu, tetapi derajatnya tidak sampai mengorbankan diri.
3. Tersier: Hanya merupakan alternative yang derajatnya dibawah primer dan sekunder.

Nilai-nilai budaya juga dapat diklasifikasikan ke dalam positif, negatif dan netral, misalnya: mempertahankan kapitalisme merupakan nilai positif bagi kebanyakan orang Amerika dan nerupakan hal negatif bagi kebanyakan orang berpaham komunis. Orang yang tidak memberi nilai positif atau negatif akan hal tersebut merupakan bentuk nilai netral.

- Sikap
Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecenderumham yang dipelajari untuk memberikan respons secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. Komponen Kognisi atau keyakinan
2. Komponen Evaluasi
3. Komponen Intensitas atau harapan
Ketiga komponen ini saling berinteraksi untuk menciptakan keadaan yang secara psikologis bereaksi terhadap objek atau peristiwa tertentu. Contohnya: Bagi orang Amerika kekejaman terhadap binatang adalah perbuatan yang salah. Akibatnya, banyak orang Amerika yang memandang olahraga pertunjukkan mengadu banteng dan manusia adalah suatu perbuatan yang keji dan menentang kegiatan yang popular di negara Spanyol itu.

2. Pandangan Hidup tentang Dunia
Pandangan hidup merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti manusia, alam semesta dan masalah-masalah filsafat lainnya yang berkaitan dengan konsep keberadaan (being). Singkatnya, pandangan hidup membantu kita untuk menentukan tempat dan tingkat kita sendiri dalam alam semesta ini.
Dengan cara yang tersamar, pandangan hidup mempunyai pengaruh yang kuat terhadap komunikasi antarbudaya.Pandangan hidup merupakan landasan pokok yang paling mendalam dari suatu kebudayaan dimana efeknya seringkali tersamar sehingga tidak dapat terlihat secara nyata misalnya cara berpakaian, gerak, isyarat dan perbendaharaan kata.


Organisasi Sosial
Organisasi Sosial merupakan cara suatu kebudayaan mengatur diri dan pranata-pranatanya.
2 macam bentuk pengaturan sosial yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya:
a. Kebudayaan Geografik, yaitu negara, suku-bangsa, kasta, sekte keagamaan, dsb yang dirumuskan berdasarkan batas-batas geografik.
b. Kebudayaan-kebudayaan peranan, yaitu keanggotaan dalam posisi-posisi sosial yang jelas batasannya dan lebih spesifik, sehingga mempercepat perilaku komunikasi yang khusus pula. Pengorganisasian masyarakat atas dasar peranan ini melintasi organisasi masyarakat secara geografik dan mencakup seluruh organisasi mulai dari kelompok-kelompok profesional sampai ke organisasi-organisasi yang menekankan ideologi tertentu. Peranan kebudayaan yang mengajarkan cara-cara berperilaku dalam posisi-posisi sosial yang khusus.
Contoh: Seorang tenaga pengajar di Indonesia mempelajari cara bertingkah laku komunikasi yang sangat berbeda dari apa yang dipelajari oleh seorang buruh kasar di Amerika. Bila kedua orang tersebut terlibat dalam suatu interaksi, kemungkinan besar keduanya akan mengalami kesulitan, karena masing-masing mempunyai latar belakang pengalaman dan peranan yang berbeda.

Semua unsur sosial budaya (keluarga, seolah, dan lembaga keagamaan) yang mempengaruhi proses-proses persepsi bersifat terbatas (exhaustive). Segala segi atau aspek kebudayaan dapat dimasukkan ke dalam macam-macam cara klasifikasi dan cara analisis dengan dua faktor:

a. Apa yang dipersepsikan sebagai hal yang penting bervariasi dari kebudayaan ke kebudayaan yang lain.
b. Apa yang dikomunikasikan seseorang merupakan pencerminan dari apa yang dipersepsikan oleh kebudayaan.

Harris dan Morran (1979) mengklasifikasikan cara menilai dan menganalisis suatu kebudayaan secara sistematik menjadi sepuluh:
1. Komunikasi dan bahasa
2. Pakaian dan penampilan
3. Makanan dan cara makan
4. Konsep dan kesadaran tentang waktu
5. Pemberian imbalan dan pengakuan
6. Hubungan-hubungan
7. Nilai-nilai dan norma-norma
8. Konsep kesadaran diri dan jarak ruang
9. Proses mental dan belajar
10. Keyakinan (kepercayaan) dan sikap.
Menurut pendekatan sistem, sistem kebudayaan terdiri dari:

1. ”Kinship system” atau sistem kekerabatan, yatiu hubungan-hubungan kekeluargaan dan cara orang bereproduksi, melatih, dan mensosialisasi para warganya.
Contoh: unit keluarga nuklir yang independen, atau extended family yang berisikan beberapa generasi yang terikat melalui garis laki-laki (patrilineal) atau melalui garis perempuan (matrilineal).

2. Sistem pendidikan, yaitu bagaimana orang-orang muda atau yang merupakan warga baru dalam masyarakat diberikan informasi, pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
3. Sistem ekonomi, yaitu cara masyarakat bersangkutan memproduksi dan mendistribusikan barang-barang dan jasa.
Contoh: Sistem ekonomi Jepang pada dasarnya merupakan perluasan/perpanjangan dari keluarga dan sangat berorientasi pada kelompok. Sementara negara-negara lain ada yang mengikuti sistem ekonomi kapitalis atau sosialis. Kini di antara sistem-sistem tersebut telah terjadi intergensi sehingga muncul kerjasama regional ekonomi yang melampaui batas-batas negara dan ideologi.
4. Sistem politik, yaitu cara-cara memerintah yang dominan untuk memelihara kestabilan dan melaksanakan kekuasaan dan wewenang. Ada kebudayaan-kebudayaan yang masih dalam taraf diperintah oleh kepala suku, ada yang dipimpin oleh keluarga kerajaan, ada yang memilih demokrasi, atau komunisme, dll.
5. Sistem agama, yaitu cara-cara pemberian makna dan motivasi yang berlandaskan pada aspek-aspek kehidupan budaya yang bersifat spiritual.
6. Sistem pengelompokan sosial, yaitu jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk masyarakat. Beberapa kebudayaan sangat group oriented dan menciptakan asosiasi atau perkumpulan formal maupun informal untuk setiap macam kegiatan.
7. Sistem kesehatan, yaitu cara suatu kebudayaan mencegah dan mengobati penyakit. Konsep-konsep tentang sehat, kesejahteraan dan masalah-masalah kesehatan berbeda antara satu kebudayaan dengan yang lain. Beberapa kebudayaan mempunyai dukun dengan jampi-jampi atau ramuan-ramuan, kebudayaan lain sepenuhnya ditangani jasa-jasa yang didukung dana pemerintah.
8. Sistem rekreasi, yaitu cara orang bersosialisasi dan menggunakan waktu senggang. Pandangan terhadap suatu bentuk rekreasi yang sama dapat berbeda.
Contoh: olahraga dianggap mempunyai implikasi politik, sementara pada kebudayaan lain dapat dipandang sebagai hiburan untuk diminati, bidang bisnis, dll. Beberapa macam hiburan seperti tarian rakyat, nampaknya terdapat dalam setiap kebudayaan.


Rubell merangkum beberapa aspek kebudayaan yang dapat menyatukan orang-orang yang memiliki bersama sikap-sikap dasar, latar belakang, dan gaya hidup, antara lain:

1. Cara-cara memberi salam dalam perjumpaan
2. Cara-cara mengunjungi kerabat di rumah
3. Cara-cara berpidato atau berbicara di muka umum
4. Cara-cara mengadakan pertemuan
5. Gerak isyarat nonverbal
6. Penampilan pribadi
7. Sikap umum
8. Bahasa
9. Agama
10. Hari-hari libur khusus
11. Unit sosial keluarga
12. Adat kebiasaan dalam kencan dan perkawinan
13. Tingkat-tingkat sosial-ekonomi
14. Penyebaran kelompok
15. Pekerjaan
16. Makan dan makanan
17. Rekreasi
18. Sejarah dan pemerintah
19. Pendidikan
20. Sistem perhubungan dan komunikasi
21. Kesehatan, kebersihan, fasilitas pengobatan
22. Dampak keadaan geografik dan iklim.

KEBUDAYAAN SEBAGAI PENYARING

Salah satu fungsi kebudayaan ialah sebagai penyaring yang sangat selektif bagi warga masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut dalam menghadapi dunia luar. Fungsi screening (penyaring ) ini melindungi sistem syaraf manusia dari kejenuhan informasi ( information overload ).
Information overload merupakan teknis yang biasanya diterpkan pada sistem pemprosesan informasi, yakni untuk menggambarkan suatu situasi yang rusak atau macetnya sistem.Contoh dalam kehidupan sehari-hari : Seorang ibu yang berusaha memmenuhi kebutuhan anak-anaknya dan membereskan rumah serta melayani kegiata-kegiatan sosial dalam hal yang sama secara sekaligus akan mengalami ketegangan dalam hidupnya.
Situasi information overload ini dapat pula dialami dari lembaga-lembaga seperti bursa saham, perpusatakaan,kantor telepon, kantor pajak.Proses penyeleksian sangat dipengaruhi oleh kebudayaan ini disebut persepsi. Persepsi yang bersifat subyektif ini ( menentukan “ realita subjektif ) kemudian menunjukan tingkah laku,termasuk tingkah laku komunikasi.
Masalah bisa muncul karena stimulasi yang sama seringkali dipersepsikan secara lain oleh individu dan kelompok berbeda.
Misalnya, kalau kita dihadapkan pada keharusan memakan daging babi. Perilaku kita akan sangat tergantung pada seberapa mendalam kita telah menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap yang te;ah diajarkan oleh kebudayaan kita.


Peranan persepsi dalam komunikasi antar-budaya
Ditinjau bagaimana persepsi individumengenai dunia sekelilingnya orang,benda, dan peristiwa mempengaruhi kelangsungan KAB. Kita harus belajar mengerti lingkungan referensi perseptual mereka. Karenanya pengertian tentang persepsi secara umu diperlukan sebagai landasan memahami hubungan antara kebudayaan dan persepsi.

Pokok-pokok tentang persepsi
Perspesi merupakan proses internal yang dilalui individu dalam menseleksi, mengevaluasi, dan mengatur stimuli yang dating dari luar. Proses inidividu dalam melakukan kontak atau hubungan dengan dunia sekelilingnya. Secara umum proses persepsi melibatkan 3 aspek yaitu: struksur, stabilitas dan makna.

1.) Struktur
Pengembangan kemampuan pembentuj struktur dengan mempelajari kategorisasi-kategorisasi untuk memilah-milah stimulasi eksternal. Kategori ini tergantung pada sejarah penganlaman dan pengetahuan kita. Walaupun ada beberapa kategori yang sifatnya universal, terutama dalam komunitas tertentu.misalnya Stimulan secara fisik yang akan ditranformasikan kedalam kategori “Rumah” akan sangat berbeda antara orang alaska dengan arab yang tinggal dipadang pasir.
Objek-objek social dan fisik tersebut mempunyai struktur yang sangat berbeda tergantung pada kebutuhan saat itu.

2.) stabilitas
dunia persepsi kita yang berstruktur tadi mempunyai kelanggengan, dalam arti tidak selalu berubah-ubah. walau pun alat-alat panca indera kita sangat sensitif, kita mampu unutk secara intern mengharuskan perbedaan-perbedaan atau perubahan-perubahan dari input sehingga dunia luar tampak tetap.

3.) Makna
Persepsi bermakna dimungkin kan karena persepsi-persepsi terstruktur dan stabil tadi tidak terasingkan / terlepas satu sama lain, melainkan berhubungan setelaha selang beberapa waktu.
Makna berkembang dari pelajaran dan pengalaman kita masa lalu, dan dalama rangka kegiatan yang ada tujuannya.
Suatu hal pokok dalam makna ini ialah sistem kode bahasa. Makna, karenanya, tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahasa dan tergantung pada penggunaan kita atas kata-kata yang dapat memberikan gambaran secara tepat.

Dimensi-dimensi persepsi

Ada dua fingsi pokok fundamental dari persepsi:
1. dimensi fisik (mengatur/mengorganisasikan)
dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik-karakteristik stimulasi-stimulasi yang berupa energi, hakikat,dan. Fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata,hidung,telinga,mulut,kulit) serta transmisi data melalui saraf ke otak untuk kemudian diubah dlam bentuk yang bermakna.

2. dimensi psikologis (menafsirkan)
dalam tahap ini,setiap individu menciptakan struktur, stabilitas, dan makna dalam persepsinya, serta memberikan sifat yang pribadi dan penafsiran tentang dunia luar. Misalnya ketikamembaca buku selain kata-kata yang ada dalam buku, kita juga akan menerima masukan pesan lain. Semua stimulasi ini secara bersamaan akan ikut mempengaruhi proses kegiatan kita.Namun, kita melakukan penyeleksian terhdap semua stimulus yang kita terima.
Proses seleksi dalam persepsi mengenai suatu objek dan lingkungan, menurut samofar (1981) secara umum melibatkan yang saling berkaitan.Yakni:selektif eksposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus ),selektif attention (seleksi dalam perhatian), dan selektif retention (seleksi yang menyangkut atensi atau ingatan)

selektif eksposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus ),
Seringkali kita menghindar untuk mempersepsikan aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau lingkungan, dengan cara tidak menempatkan diri dalam posisi yang memungkinkan untuk menghadapinya. Keadaan demikina disebut sebagai selektif noneksposure. Dilain pihak kita juga bisa dengan cara sengaja mencari situasi tertentu yang memudahan untuk mempersepsikan beberapa hal tertentu, cara ini di sebut selektif eksposure.
Contoh: orang-orang yang baru membeli mobil merek A cendenrung akan melihat iklan mobil A disbanding dengan Merek mobil lainnya. Untuk dijadikan informasi serta penguatan yang telah dibuat. Karena jika hal ini tidak dilakukan maka akan tejadi situasi ”disonansi”. Dengan kata lain menghindarkan diri dari situasi yang dapat menimbilakn disonansi yang lazim dilakukan orang.

selektif attention (seleksi dalam perhatian),
Terkadang orang hanya dapat memusatkan pada satu atau beberapa macam informasi. Karena, lingkungan disektiar objek yang kita amati terlalu luas dankompleks. Dengan adanya keharusan untuk melakukan pemilihan dalam perhatian, maka banyak faktor yang mempengaruhi,yaitu:kebutuhan individu,latihan dan pengalaman,harapan dan sikap.

Kebutuhan individu
Sebagai contoh : ketika kita sedang memperhatikan iklan yang ada di sutau pusat pertokokan dan dalam keadaan lapar maka perhatian kita tercurahkan pada iklan makanan. Beberapa aspek kebutuhan yang mejadi pendorong adalah : kebebesan,seks,social approval (pengakuan masyarakat) dan juga dipengaruhi oleh kebudayaan misal : orang amerika memiliki pendapatan dan penilaian yang tinggi terhadap kebebasan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia dikirim kerumah jompo hal itu tidak lazim terjadi di Indonesia dan jepang.

Latihan dan pengalaman individu
contoh: seorang guru karena latihan-latihan yg telah dilakukannya, akan cepat melihat kesalahan-kesalahan dlm pekerjaan muridnya. selain itu pengalaman pribadi dan kebudayaan juga memperoleh pola seleksi.

Harapan-harapan/ perkiraan-perkiraan
harapan atau perkiraan yg ada pd seseorang mempunyai pengaruh terhadap penilaian atau persepsi dari orang tsb. misalnya: kita mengharapkan atau memperkirakan orang tsb ramah maka kita akan cenderung membuat kesimpulan bahwa orang tsb ramah.

sikap
pengertian sikap disini menunjuk pada kecenderungan-kecenderungan utk memberi reaksi secara khusus (predetermined) terhadap orang,objek atau gagasan. implikasinya terhadap perhatian adalah dalam mengarahkan perhatian terhadap suatu objek, maka orang akan memberikan perhatian terhadp hal-hal yg memperkuat sikapnya.

Selective Retention (seleksi penyimpanan)
beberapa masukan informasi, meskipun telah dipersepsikan dan di proses,boleh jadi kemudian akan terlupakan. pada umumnya informasi yg kita simpan dalam ingatan adalah yg menyenangkan yg menunjang bayangan-bayangan baik tentang diri sendiri, yg di pandang perlu untuk digunakan kemudian hari, atau yg menimbulkan rasa benci, tidak suka, dan penilaian-penilaian negatif lainnya.

Persepsi dan Kebudayaan
Pengaruh khusus kebudayaan pada proses persepsi sulit di ketahui karena seringkali tidak dapat dipastikan apakah pengalaman pribadi atau latar belakang kebudayaan yang bertanggung jawab atas terjadinya keragaman persepsi yang ada pada orang-orang.
Suatu tahap penting dari persepsi adalah pemberian makna pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
kebudayaan juga mempunyai kekuatan sebagai pemersatu dalam pembentukan persepsi dari sekelompok masyarakat. Besarnya perbedaan dalam suatu kebudayaan tergantung dari kebudayaan itu sendiri. Suatu kebudayaan akan bersifat pluralistik seperti di Indonesia atau Amerika Serikat, akan menghasilkan variasi yang lebih besar dibandingkan dengan Jepang atau Korea,yang relatif lebih bersifat "homogen".
Melalui persepsi kita menciptakan stabilitas,struktur,dan makna bagi lingkungan di sekitar kita.Kita belajar untuk memberi nama pada benda dan mengembangkan kategori sehingga cocok dengan struktur dan makna yang ada pada diri kita sendiri. Salah satu cara yang dipergunakan dalam pengembangan kategori ini adalah stereotip dan prasangka.
Menurut para ahli seperti Samovar,Porter,dan Jain (1981), pengertian stereotip menunjuk pada suatu keyakinan yang berlaku digeneralisasikan terlalu dibuat mudah, sederhana, atau dilebih-lebihkan mengenai suatu kategori atau kelompok orang tertentu. Di Indonesia katanya stereotip relatif dianggap bersifat baku dan diwarnai emosi.
Jika kategori merupakan konsep yang netral,factual,dan tidak menilai, maka stereotip muncul apabila kolorasi telah dibebani oleh gambaran-gambaran dan penilaian-penilaian yang relative bersikap subjektif.


Stereotip dan Prasangka
Stereotip dan prasangka merupakan konsep yang netral,faktual,dan tidak menilai, maka stereotip muncul apabila kolorasi telah dibebani oleh gambaran-gambaran dan penilaian-penilaian yang relative dan bersifat subjektif.
Stereotip dan prasangka merupakan konsep yang saling terkait dan lazimnya terjadi bersama-sama, kedua hal tersebut juga mempunyai hubungan erat dan saling mempengaruhi dengan komunikasi antarbudaya.
Secara umum terdapat 4 dimensi dari stereotip yakni:
-Arah (direction)
Menunjuk pada arah penilaian,apakah positif atau negatif. Misalnya disenangi atau dibohongi.
-Intensitas
Menunjuk pada seberapa kuatnya keyakinan dari suatu stereotip.
-Ketepatan
Ada stereotip yang betul-betul tidak menggambarkan kebenaran atau sebagian tidak benar tetapi banyak juga stereotip yang berkembang dari pentajaman dan generalisasi yang berlebihan mengenai fakta. Jadi stereotip dapat mengandung unsure kebenaran.
-Isi khusus
Yaitu sifat-sifat khusus mengenai suatu kelompok. Stereotip mengenai kelompok orang tertentu dapat berbeda-beda. Di samping itu, isi stereotip juga dapat berubah dari waktu ke waktu

Prasangka
Prasangka menurut Samovar dan kawan-kawan (1981) ialah suatu sikap kaku terhadap sekelompok orang berdasarkan keyakinan yang salah. Prasangka mengandung arti penilaian dini atau pra-penilaian.
Secara umum ada 3 karakteristik prasangka :
1. Merupakan sikap yang ditujukan pada kategoritertentu yakni pada sekelompok atau kategori orang tertentu
2. Membawa serta keyakinan yang salah, pemikiran sederhana yang dilebih-lebihkan.
3. Mempunyai sikap yang secara emosional kaku, sulit untuk mengubah sikapnya. Walaupun prasangkanya bersifat keliru

Perbedaan antara stereotip dan prasangka adalah, stereotip adalah keyakinan sementara prasangka merupakan sikap .

Manifestasi dari Prasangka
Terdapat 5 macam manifestasi akibat dari prasangka yang realisasinya tergantung dari intensitasnya antara lain :
1. Antilokusi. Yaitu berbicara dengan teman-teman sendiri tentang perasaan, sikap, pendapat dan stereotip tentang suatu kelompok tertentu
2. Penghindaran diri. Menghindarkan diri dari setiap kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan orang yang tidak disukainya
3. Diskriminasi. Yakni membuat perbedaan melalui tindakan-tindakan aktif
4. Permusuhan. Merupakan bentuk manifestasi prasangka yang intensitasnya paling kuat dank eras.
Terdapat hubungan antara stereotip, prasangka dan perilaku terbuka. Stereotip akan menimbulkan prasangka, dan prasangka ini yang selajutnya menjadi dasar atau pendorong perilaku terbuka.

Asal mula timbulnnya stereotip dan prasangka
Persepsi umumnya didasari oleh stereotip dan prasangka. Kedua hal ini bukanlah bawaan lahir, melainkan dipelajari. Upaya mempelajari stereotip dan prasangka ini antara lain :
1. Dari orang tua, orang terdekat yang berinteraksi dengan kita. Pengembangan stereotip dan prasangkan dilalui berdasarkan pengalaman.
2. Dari pengalaman pribadi, hal yang didapatkan setelah mengalami interaksi dengan individu lain atau kelompok individu tertentu.
3. Dari media massa, seperti surat kabar, majalah, film, radio, dll mengenai suatu kelompok yang disajikan melalui informasi media massa

Pengaruh stereotip dan prasangka terhadap KAB
Stereotip dan prasangka memberikan pengaruh terhadap KAB. Hal tersebu meliputi 3 hal
a. Stereotip dan prasangka negative yang kuat, dengan demikian melakukan usaha penghindaran untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak diinginkan.
b. Stereotip dan prasangka cenderung menghasilkan hal-hal yang negative sehingga menggangu KAB.
c. Jika seseorang terlibat dalam stereotip dan prasngka yang dalam maka orang tersebut akan melakukan diskriminasi dan antilokusi terhadap orang yang d\tidak disukai. Yang kemudian memicu terjadinya konflik terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar